Lantas, bagaimana cara menanamkan pengertian pada anak-anak yang secara kematangan emosional tak akan bisa mengerti betapa penatnya hari-hari Anda. Apalagi jika harus ditambahi kenakalan mereka.
Ingin sekali membagi semua kejenuhan ini dengan pasangan, namun sadar jika situasi yang dihadapinya setali tiga uang dengan Anda. Pasangan juga tak bisa memberi solusi pada Anda, terjebak dengan rutinitasnya yang padat.
Lalu apakah salah jika mempercayakan perawatan mereka pada orang lain?
Lantas bagaimana harus menghadapi kenakalan anak dengan sempitnya kesempatan yang Anda berdua miliki?
Memahami situasi yang kerap menjadi dilema semacam ini, Fabiola P. Setiawan M.Psi, psikolog anak, memberi beberapa kiat menghadapi anak-anak yang kerap berulah.
Pahami Mengapa Anak Berulah
Mengapa anak berulah? Pertanyaan ini seharusnya ada dalam benak, ketika menghadapi anak-anak yang kerap melakukan hal-hal yang tidak disukai.
Jangan serta merta menganggap anak-anak memang dengan sengaja melakukan kenakalan hanya untuk membuat Anda kesal. Pahami dulu, mengapa mereka melakukannya.
Sebagian besar anak-anak menunjukkan perilaku yang tidak diharapkan karena ingin mendapat perhatian (seeking attention). Misal, dengan menangis meraung dan berguling-guling, membuang makanan, berteriak dan sebagainya. Jika dengan melakukan perilaku tersebut efektif mendapatkan perhatian orang tua, maka mereka akan mengulangnya di lain waktu.
Namun pengulangan perilaku ini juga bisa dilakukan anak sebagai ungkapan ketidak puasan anak terhadap orang tuanya. Misal, ketika orang tua pulang bekerja anak merajuk minta ini-itu tidak digubris. Anak akan merasa kecewa dengan reaksi orang tua dan akan mengungkapkan kekecewaan dengan melakukan hal yang menimbulkan perhatian.
Atau bisa juga anak melakukan hal yang tidak disukai adalah cara effektif untuk mendapat yang diinginkan. Misal, jika setelah Anda marah pada anak (berteriak, memukul atau menghukum) lalu menebusnya dengan memberikan apapun yang diminta, anak akan mempelajari sebagai pola tersendiri.
Saat Anda akan memarahi anak, tanamkan kembali pertanyaan tersebut dalam benak.
KOMENTAR