Duka masih menyelimuti kediaman orangtua dr H. Suhelman Selian, MM (33) dan dr Hj. Juliana Dahliana (33) di desa Penampakan, Kecamatan Deleng, Kabupaten Aceh Tenggara, Banda Aceh. Di rumah inilah, Sylvi Aisyah (9), anak semata wayang pasangan ini kini tinggal bersama sang nenek, Zuleha.
"Sekarang sudah mulai terbiasa tidak ada Mama dan Papa. Tadinya sedih sekali," ujar siswi kelas 4 SD ini. Tanpa orangtuanya, Sylvi kini merasa harus mandiri. Terlebih, "Papa dan Mama tak pernah memanjakan saya."
Seakan ingin menyiapkan sang putri, beberapa bulan sebelum tragedi ini Suhel, panggilan Suhelman, bahkan sudah memberi pertanda.
"Papa sering sekali mengucapkan kata 'meninggal'. Misalnya dia pernah bertanya, kalau Papa dan Mama meninggal bagaimana, ya?" kenang Sylvi berkaca-kaca. Setali tiga uang dengan Suhel, Juliana juga memberi pertanda. "Mama mencatatkan di handphone saya, kalau beliau meninggal akan memberikan harta warisan berupa rumah, showroom mobil, ruko dan lain-lain."
Kursi Gratis
Mengenang kembali saat-saat terakhir kepergian anak dan menantunya, Zuleha pun tak kuasa menahan kesedihan. Ia mengetahui pesawat yang ditumpangi Suhel dan Juliana jatuh dari seorang teman yang menonton televisi. "Tak lama saya dapat kabar dari Banda Aceh, pesawat Susi Air yang lepas landas setelah pesawat Casa sudah sampai di Banda Aceh. Kok, Pesawat anak saya yang jaraknya lebih dekat belum sampai juga?"
Segera Zuleha berangkat ke Medan untuk mencari keterangan di kantor PT Nusantara Buana Air (NBA). Benar saja, nama Suhel dan Juliana masuk daftar penumpang pesawat naas itu. "Langsung lemas badan saya," ujarnya pelan.
Suhel sebenarnya sudah sering melakukan perjalan Kutacane-Medan dengan pesawat Susi Air. Kali itu, Suhel ke Medan untuk mengobati seorang pasian, sementara Juliana ikut untuk membeli keramik bagi dua ruko baru mereka di Kutacane. Pasangan ini hanya menghabiskan sehari di Medan. "Hari itu Susi Air tidak terbang. Karena Juliana harus segera kembali bekerja, jadi naik Casa. Tak tahunya jadi seperti ini," keluh Zuleha. Apalagi, sebagai anggota DPRK (Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten) Suhel memiliki jatah 3 kursi gratis dari PT NBA.
Setelah menunggu proses evakuasi yang makan waktu selama tiga hari, Zuleha baru bisa membawa pulang jenazah anak dan menantunya. "Tiba di Kutacane langsung dikebumikan di kompleks pemakaman milik keluarga."
Kutacane Berduka
Suhel adalah sulung dari empat anak pasangan Zuleha dan Jamidan. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Puskesmas Perawatan Kutambaru dan Kepala Puskesmas Perawatan Biak Muli. Setelah terpilih menjadi anggota DPRK 2 tahun lalu, Suhel meninggalkan status pegawai negerinya. Sepertinya Suhel memang sudah mantap memasuki dunia politik, dia sudah mencalonkan diri menjadi calon Bupati Aceh Tenggara periode 2017 nanti.
"Selain praktik dokter dan politisi, anak saya itu juga pengusaha. Dia punya showroom mobil dan sebentar lagi akan membuka ruko," papar Zuleha.
KOMENTAR