Ibarat sandiwara, Eko Santosa menyutradarai dan melakoni sendiri kisah pembunuhan terhadap istri sendiri. Ceritanya berawal, Rabu (22/9) dini hari. Supreh kedatangan menantunya, Eko Santosa. Aneh, mendadak ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Saat menantunya itu meminta dirinya segera datang ke rumah Eko di Desa Sumberdono, Kecamatan Pare, Kediri. Suprih menduga Eko kembali bersitegang dengan Triwahyuni. Karena itu, ia bersama suaminya, Sumadi (50) segera meluncur ke kediaman Eko di Desa Bringin, Kediri, meninggalkan dagangan sayurnya di Pasar Pare.
Setiba di depan rumah anaknya, Supreh dan suaminya mendapati tubuh Triwahyuni sudah terbujur kaku dan tertutup kain jarit. Tubuhnya dingin dan kaku. Wajahnya pucat. Beberapa tetangga mengerumuni jazad Triwahyuni. "Saya dan suami langsung nangis sekuatnya. Saya semakin terkejut ketika melihat di leher Triwahyuni ada bekas membiru mirip luka orang gantung diri. Saya berpikir kenapa Tri nekat bunuh diri? Apakah tidak kasihan sama anaknya yang masih kecil? Waktu itu saya juga melihat Eko tak berhenti menangis di kaki istrinya," papar Supreh.
Ketika ratapan Supreh belum selesai, tiba-tiba Eko maupun keluarganya mendesak agar jasad Tri segera dimandikan lalu segera dimakamkan. "Tapi saya meminta agar meraka tidak keburu memakamkan anak saya. Tunggu perangkat desa setempat datang, kata saya."
Kecurigaan mulai timbul ketika perangkat desa datang tidak mengizinkan Eko dan keluarganya memandikan, apalagi segera memakamkan Tri."Mereka bailang harus dilaporkan ke polisi dulu karena kematian anak saya dibilang tidak wajar. Saat itulah hati kecil saya juga mengatakan kematian anak saya memang tidaklah wajar," jelas ibu tiga anak nenek tiga cucu itu.
Benar saja, polisi kemudian datang ke rumah Tri lalu memeriksa jazad ibu satu anak itu. "Jenasah anak saya lalu dibawa polisi ke rumah sakit. Eko, juga dibawa ke kantor polisi. Siang, saya dapat kabar dari polisi bahwa kematian ana saya bukan bunuh diri melainkan dibunuh oleh Eko sendiri. Kami terkejut bukan kepalang. Pandai benar dia bersandiwara, menangis di bawah kaki istrinya."
Supreh mengaku bertambah geram pada menantunya ketika tahu modus pembunuhan untuk menghabisi nyawa anaknya. Dari informasi yang ia terima, malam itu Rabu (22/9) dini hari, Tri , anak bungsunya itu tengah menidurkan anaknya, Diva Ayu Afrilia (2,5 tahun). "Anak saya lalu dipanggil Eko ke ruang tamu. Selanjutnya anak saya yang pendiam langsung dicekik dari belakang oleh Eko hingga kehabisan napas. Yang sadis, setelah meninggal, Eko masih tega menyetubuhi jazad anak saya."
Kemudian, untuk menghilangkan jejak pembunuhan, Eko menggantung jasad istrinya yang dinikahi tahun 2007 di atap kamar tidur dengan kain selendang. "Saya tak habis pikir kenapa Eko kok sampai sekejam itu," sambat Supreh lirih.
Tiap kali pertengkaran terjadi, Tri memilih pulang ke rumah. untuk menenangkan pikiran. "Saya sendiri bingung, dia sering dikasari, tapi tetap saja mencintai suaminya. Padahal saya pernah menyarankan cerai saja lalu cari pengganti mumpung masih muda dan cantik. Mungkin karena Eko itu cinta pertama anak saya." Kini, hati Supreh terasa teriris kala melihat cucunya yang cantik tak beribu. Karena itu ia bertekad akan membesarkan sendiri dan tak akan tak akan menyerahkan Devi ke pelukan Eko atau mantan besannya, Sumaji (51) maupun Mujianti (45) yang mengaku tidak tahu bahwa Tri meninggal karena dibunuh Eko. "Saya baru cerita sebenarnya setelah sore hari dari bapak polisi," kata Mujiati ketika ditemui NOVA di rumahnya Desa Pogar, Kec. Badas, Pare, Kediri, Kamis (23/9).
Gandhi Wasono M. / bersambung
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR