"Akhirnya bikin perjanjian, saya bisa menyicil tiap bulan Rp 500 ribu sebanyak Rp 10 juta. Padahal, waktu itu saya sudah bilang, tahan saja anak saya." Saat diproses di kantor polisi, tiba-tiba datang orang yang merasa ditipu Selly. Mereka tahu masalah ini karena berita tentang Selly sudah ada internet.
Mereka dijanjikan bisnis voucher pulsa murah, namun tak memiliki tanda terima dari Selly. Jumlahnya cukup besar, kata Yusral, sekitar Rp 42 juta. "Memang, uangnya tak diberikan sekaligus, melainkan beberapa kali transfer," kata Yusral yang enggan jika dikatakan bekerjasama dengan anaknya.
"Lah, kalau memang sindikat, pasti saya sudah dikasih duit, dong. Buktinya, saya malah minta anak saya ditahan dan membayar utang-utangnya. Masih saya simpan, kok, bukti-bukti saya membayar utang itu. Saat ini pun, saya kerja banting tulang, bukannya santai-santai di rumah," kata Yusral.
Diakui Yusral, meski hatinya kesal dan kecewa, namun sebagai seorang bapak, ia tak tega melihat anaknya dalam kesulitan. "Tetap saja akhirnya saya bantu. Saat ini saya tak bisa berharap apa-apa dari dia. Istri saya sudah lepas tangan. Makanya, sekarang kami juga enggak mau mencari dia. Apalagi sudah setahun ini dia enggak pernah pulang ke rumah. Entah di mana."
Pernah, tambah Yusral, Selly menelepon adik lelakinya dan mengaku sedang di Bandung. "Tapi begitu telepon lagi, ngakunya sedang di Bogor. Jadi, ke mana saya harus mencari dia?"
Beruntung, lanjut pria ini, "Saya kuat. Kalau enggak, bisa-bisa kena stroke. Makanya saya malas di rumah, mending cari hiburan ke kafe saja. Saya terus terang, kok, ke istri. Dia pun setuju. Kami sudah malas ribut dan mempermasalahkan ini. Jelas-jelas anak saya menipu, mau apalagi?" kata Yusral yang sudah bekerja sebagai mandor selama 20 tahun.
Hidup dari gaji, bagi Yusral mencukupi. Namun, selalu habis untuk menutup utang anaknya. Jika dihitung-hitung, utangnya sudah bisa buat membeli satu mobil baru. "Kalau saya memang punya uang, pasti bisa bantu anak, tapi kalau enggak ada, ya, saya enggak bisa bayar," ujar Yusral sambil menerawang.
Yang namanya menipu, lanjutnya, tak bisa sembuh. "Saya yakin, setelah dia tua dan sakit-sakitan, baru sadar bagaimana rasanya menyulitkan orangtua dan orang lain."
Lalu, bagaimana kalau Selly minta maaf? "Wah, enggak akan mempan. Lebih baik masukkan saja dia ke penjara. Saya sudah anggap dia anak yang hilang!" tandas Yusral.
Nove, Sukrisna, Yetta
KOMENTAR