Sepulang ngamen, Ardi selalu menyisihkan uang seribu perak buat jajan Aisyah. Selebihnya, ia gunakan untuk main PS dan jajan. Ia jarang makan di rumah. Katanya sudah jajan di warung. Ah, Ardi memang tidak mau menyusahkan orangtuanya. Semoga ia mendapat tempat paling baik bersama Tuhan.
Di sisi lain, aku juga mesti memulai menata hati lagi. Aku harus bisa hidup tanpa Ardi dan Tri. Kejadian tragis ini betul-betul membuat keluarga kami trauma. Sampai-sampai Tri Handayani diajak pamannya ke Padang. Sebelum berangkat, Tri sempat ragu, "Kalau aku pergi, siapa yang memberi makan Mama?"
Untuk mencegah kejadian serupa, aku juga melarang anak-anak ngamen di jalan raya. Biarlah kami hidup sederhana, tapi perasaan lebih tenang.
BABE PECAHKAN "REKOR" ROBOT GEDHEK
Pengakuan Babe yang mengejutkan itu, tak lepas dari bantuan para psikolog UI. Selain memeriksa kejiwaan pelaku, mereka juga mampu menggali pengakuan tersangka. "Kondisi jiwanya baik dan normal. Artinya, dia melakukan perbuatannya dengan sadar," jelas Boy. Yang jelas, tiap kali "anak asuhnya" menolak disodomi, Babe membunuh dengan cara mencekik dengan tali lalu dimutilasi.
Kasus Babe mengingatkan kita pada Siswanto alias Robot Gedhek yang terbukti membunuh dan menyodomi enam bocah jalanan pada tahun 2006. Modus yang dilakukan sangat mirip. Apakah kelak Babe akan mendapat hukuman mati seperti pria asal Pemalang itu? Entahlah.
Yang pasti, tim pengacara Babe bakal memikul tugas berat. Apalagi, kondisi kejiwaan Babe dinyatakan normal. "Kami harus mendalami kelainan yang ada pada klien kami karena dia mengaku setelah melakukan mutilasi, ada perasaan puas. Itu yang harus didalami polisi," jelas Rangga Beri Rikuser, pengacara Babe.
Kata Rangga, Babe punya riwayat kehidupan kelam. Ia mengaku pernah disodomi saat menjadi anak jalanan beberapa tahun silam. "Kehidupannya juga sangat memprihatinkan. Ia mengontrak kamar sangat sederhana. Luasnya enggak lebih dari kamar mandi. Kehidupan keluarganya di kampung juga memprihatinkan," tambah Rangga.
Henry, Kirsna/ tamat
KOMENTAR