NOVA.id - Duduk lama, apalagi bersila bukan hanya bikin pegal, namun kaki kita kadang kesemutan.
Tapi, ini lagi santai-santai rebahan, kok mendadak kaki kesemutan?
Sebaiknya, kita jangan hanya mengira lagi capek atau kekurangan vitamin B.
Karena, siapa tahu Sahabat NOVA justru sedang terkena gejala neuropati atau kelainan pada fungsi saraf.
Baca Juga : Tanpa Riasan dan Bertelanjang Kaki, Kareena Kapoor Terima Tamu di Pemakaman Sang Nenek
Kok, bisa?
Tubuh kita memiliki sistem saraf tepi yang punya beberapa komponen saraf berdasarkan fungsinya.
Sebut saja di antaranya saraf sensorik untuk meraba dan merasakan serta saraf motorik untuk bergerak dan beraktivitas.
Nah, neuropati terjadi jika terjadi kerusakan pada sistem saraf tepi tersebut.
Baca Juga : Hari Batik Nasional, Bambang Trihatmodjo Rangkul Mesra Mayangsari Saat Berbatik Merah Menyala, Cetar!
Gejala awalnya terasa pada saraf sensorik, sehingga terjadi kesemutan pada kaki.
Jika dibiarkan, rasa kesemutan akan terasa menjadi lebih menyakitkan hingga menyebabkan keram.
“Itu baru yang temporary saja, gejala awal. Kemudian akan ada rasa nyeri terbakar,” ucap dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K)., Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi, PERDOSSI Pusat.
Jika tidak segera ditangani, gejala selanjutnya yang timbul adalah mati rasa.
Baca Juga : Usai Donggala-Palu, Siang Tadi Sumba dan Sigi Giliran Diguncang Gempa
Yang artinya, saraf yang kita punya sudah tiada. Waduh!
“Sudah tidak ada hantaran lagi seperti listrik. Kalau kabelnya sudah putus, rangsang yang diterima oleh saraf motorik tidak bisa dihantarkan. Jadi, ya, sudah enggak kerasa apa-apa lagi. Nah, kerusakan pada saraf itu, apa yang dirasakan oleh kita itu mencerminkan gangguan pada sarafnya. Kalau kesemutan, belum ada kerusakan tetapi sudah ada gangguan fungsi saraf,” lanjut Luthi.
Tapi, kita kan belum tua, dan selama ini merasa baik-baik saja, tuh.
Ternyata, semua orang berisiko terkena neuropati.
Baca Juga : Supaya Tak Celaka, Lakukan 3 Teknik Ini Saat Menyetir di Tanjakan atau Turunan, ya!
Dahulu, orang yang terkena neuropati adalah orang yang terkena penyakit diabetes dan kekurangan vitamin B.
Namun, seiring perkembangan zaman dan aktivitas yang tinggi, semua orang bisa terkena neuropati.
“Bahkan kini gejala neuropati sudah dirasakan oleh mereka yang berusia muda mulai 26-30 tahun yakni sebanyak 1 dari 4 orang,” ucap Luthi.
Tingginya aktivitas dan gaya hidup masyarakat memiliki risiko tinggi terkena neuropati.
Baca Juga : Ramalan Roy Kiyoshi tentang Gempa dan Tsunami di Palu: Saya Melihat akan Ada Air Besar
Bahkan dari hasil penelitian yang dilakukan PERDOSSI, penyakit ini bisa menyerang mereka yang gemar memakai sepatu hak tinggi dan yang kecanduan mengetik di gawai.
Nah, bukankah kita berada di dua kegiatan itu?
Sepatu hak tinggi menuntut kita untuk jalan setengah berjinjit.
Jika terlalu sering menggunakan sepatu jenis ini, kaki pun lambat laun akan berubah bentuk, terutama pada bagian telapak kaki.
Baca Juga : Kata-Kata Terakhir dan Gelagat Aneh, Firasat Kepergian 2 Atlet Paralayang yang Tewas Saat Tsunami Palu?
Yang tadinya mendatar, jadi melengkung.
Pada ujung jari-jari kaki pun terjadi penekanan.
Penekanan tersebut jika terjadi secara terus menerus bisa menyebabkan saraf melemah dan kehilangan kekuatan.
Kaki akan menjadi sering kesemutan dan terasa kebas.
Baca Juga : Tak Mau Lagi Disebut Orang Ketiga Antara Raffi dan Nagita, Ayu Ting Ting Akui Dekat dengan Orang Lain
Nyeri yang tadinya hanya terjadi di kaki akan segera menjalar ke pinggang.
Jika ini sudah terjadi, maka saraf pada kaki pun telah terjadi.
Berarti buang saja high heels kita?
Janganlah. Tapi, sebaiknya jangan sering dipakai dan gunakanlah jika perlu sekali.(*)
(Mega Khaerani / Melissa Tuanakotta)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR