NOVA.id – Isu soal lingkungan yang semakin menguat tak hanya membuat orang semakin peduli, namun juga memicu kreativitas.
Seperti halnya dengan mahasiswa dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) School of Fashion and Design yang berkolaborasi dengan Royal Commonwealth Society.
Kolaborasi ini akan menampilkan hasil karyanya di Eden Hall, kediaman Komisioner Tinggi Inggris untuk Singapura, dalam event fashion show.
Baca Juga : Bebas dari Penjara, Tangis Augie Fantinus Pecah saat Peluk Anaknya
Uniknya, fashion show ini akan menggunakan plastik sebagai bahan utama mereka dalam mendesain.
Acara bertemakan Avant-Garde yang diselenggarakan pada Senin, (11/03) ini bertujuan untuk menunjukkan kemungkinan penggunaan bahan daur ulang (recyclable materials) menciptakan fashion yang berkesinambungan dan layak pakai.
Seiring dengan meningkatnya isu mengenai inovasi dan kesinambungan di Singapura, maka kolaborasi ini tampaknya berada di timing yang tepat.
Baca Juga : Selamat! Istri Stefan William, Celine Evangelista Hamil Anak ke-4
Dr Anthony Yee, Ketua Royal Commonwealth untuk Singapura dan anggota Dewan MDIS, merasakan dorongan yang kuat untuk melakukan kolaborasi ini, mengingat bahayanya dampak dari limbah plastik.
“Jika tidak kita ingatkan, ‘kecanduan’ masyarakat dalam menggunakan plastik akan semakin bertambah dan ini jelas memiliki dampak yang sangat berbahaya dan memicu berbagai kerusakan yang dapat mengancam masa depan generasi mendatang,” ungkap Dr Yee.
“Melalui kegiatan ini, kami dapat menunjukkan bagaimana plastik daur ulang dapat digunakan untuk menciptakan event fashion Avant-Garde,” lanjutnya.
Baca Juga : Terpesona Reino Barack Fasih Baca Al Quran, Syahrini: Belum Pernah Ada Lelaki Seperti Itu Seumur Hidup Saya
Tampil dengan desain-desain internasional, 12 mahasiswa akan menghadirkan desain modest-fashion santun yang akan membuat mata terpukau karena menghasilan karya futuristik dan unik dengan menggabungkan unsur ekologi untuk menghasilkan konsep fashion yang berkesinambungan.
Charis Tan, 24, mahasiwa asal Singapura tampak sangat antusias untuk menunjukkan hasil karyanya yang terinspirasi oleh seni ornamen Islami dan arsitektur masjid.
“Pola geometrikal yang rumit dan detail memiliki makna yang mendalam dan inilah yang menarik minat saya,” ungkap Tan.
Sedangkan Khvan Mariya. 21, mahasiswa asal campuran Kazakhstan dan Korea Selatan, mengaku juga terinspirasi oleh seni arsitek, namun dari kebudayaan lain, yaitu Changdeokgung yang merupakan salah satu situs warisan UNESCO Korea.
Baca Juga : Mengaku Taaruf, Reino Barack Akui PDKT Susul Syahrini ke London
“Saya tertarik kepada konstruksi atapnya, bentuknya, dan juga kombinasi warnanya. Pintu dan jendelanya terbuat dari kertas bukan kaca,” ujar Khvan.
Lain ceritanya dengan mahasiswi asal Myanmar, Nan Lao Tip Oo yang sangat tertarik dengan artis pioner Singapura, yaitu Chen Wen Hsi.
“Melalui desain saya, seya berharap dapat meciptakan kembali pengaturan bentuk geometri yang terdapat pada mahakarya Chen,” kata Nan.
Baca Juga : Luna Maya Blak-blakan Soal Hubungannya dengan Faisal Nasimuddin
Sementara mahasiswa asal Tiongkok, Charles Lyu, 27, mendapat inspirasinya dari tempat yang tidak terduga, yaitu museum mobil di Jepang.
“Koleksi karya saya adalah gabungan dari elemen vintage dengan unsur futuristik, untuk menciptakan busana yang modern dan fashionable. Keberlanjutan (sustainability) dalam fashion design adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya sampai saya berkesempatan untuk mengikuti event ini. Melalui event ini, saya mendapat kesempatan untuk memanfaatkan bahan-bahan lama yang saya miliki sebelumnya,” ucap Charles.
Bagi Tan, keputusannya untuk mendalami dunia fashion adalah melalui kegigihan yang cukup panjang.
Baca Juga : Oats Sebagai Solusi Praktis Untukmu yang Sering Skip Sarapan!
Dengan bekal pengalaman bekerja sebagai bagian Procurement di salah satu perusahaan multinasional setelah lulus program Diploma 3 (D3) dari jurusan Biotechnology Temasek Polytechnic, Tan awalnya mendapat banyak penolakan dari orang sekelilingnya ketika ia ingin mengejar mimpinya untuk menjadi fashion designer.
“Saya berkata pada ayah saya : Jika saya jatuh maka biarkan saya jatu namun jika saya terbang maka biarkan juga saya terbang. Saya tidak ingin menjalani seluruh hidup saya dengan hal yang tidak saya minati dan menyesal kemudian hari. Jadi biarkanlah saya mencoba,” ujar Tan mengulang percakapan dengan ayahnya.
Berangkat dari tidak adanya pengalaman sama sekali di bidang fashion, Tan memulai dari nol.
Awalnya ia bekerja paruh waktu di salah satu boutique fashion untuk mendapatkan pengalaman di bidang retail fashion dan untuk membiayai kuliahnya di MDIS.
Saat ini, ia berencana untuk meluncurkan brand fashion-nya sendiri setelah lulus kuliah dan dengan adanya event ini, ia menjadi semakin bersemangat.
“Saya sangat gembira dengan exposure event ini. Ini menjadi kesempatan saya untuk membangun percaya diri saya terhadap karya-karya yang akan saya hasilkan,” ungkap Tan. (*)