NOVA.id - Siapa pun sekarang bisa meraih mimpi, walaupun kita punya keterbatasan fisik.
Ya, tak selamanya keterbatasan fisik membuat kita jadi serba terbatas dalam berkarya.
Seperti yang ditunjukkan oleh Asyaffa Nur Julia, seorang perempuan dengan disabilitas fisik cerebral palsy.
Ia duduk di kursi roda, tidak bisa menggerakan tangan.
Ia juga menulis dengan kaki.
Justru dengan keterbatasan itu, ia menjadi Penyaji Naskah terbaik pertama dalam kategori disabilitas fisik di ajang Suara Anak Peyandang Disabilitas (SPAD) yang digagas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Musik Hana Midori.
Baca Juga: Inilah Alasan Kenapa Perempuan Harus Sering Solo Traveling, Yakin Masih Takut Mencoba?
Asyaffa menulis kisah pribadi yang sering ditolak Ojek Motor Online.
“Kalau ke sekolah naik motor harus bertiga, agar ada yang megangin dari belakang,” katanya.
“Abang ojek sering cancel, karena kondisi fisik saya besar, susah untuk bonceng bertiga!,
Baca Juga: Pilih Nikahi Janda, Nasib Rumah Tangga 4 Artis Ini Ujung-Ujungnya Seperti Ini
“Mudah-mudahan pemerintah mau nyedian transportasi khusus untuk orang-orang seperti saya dan teman-teman!”
Karya Asyaffa bersama 14 Penyanyi Naskah Terbaik lainnnya, dibukukan oleh Kementerian PPPA.
Dan menurut Menteri Yohana Yambise, memang tulisan seperti itu yang sangat diharapkan hadir dalam ajang SAPD.
“Agar suara mereka bisa menjadi acuan bagi pengambil kebijakan,” jelas Menteri Yohana saat pelucuran buku di Palembang (13/07).
Yohana menyebut, inti dari kegiatan SPAD ini adalah untuk memberi ruang anak-anak penyandang disabilitas dalam berkreasi dan berpartisipasi sesuai dengan amanat Undang Nomer 8 Tahun 2016 Penyandang Disabilitas.
“Sekaligus, kami juga ingin mensosialisasikan kepada masyarakat, khususnya para orang tua untuk tidak mengabaikan suara anak-anak terlebih anak dengan disabilitas."
Baca Juga: Raih Rating Tertinggi di Tayangan Perdana, Ini Alasan Kita Wajib Nonton Korean Drama Hotel Del Luna
"Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong itu menjadi lebih berani dalam berpendapat,” kata Menteri Yohana.
Yen Sinaringati, pelaksana kegiatan SPAD, menyebut ada 103 naskah yang masuk ke panitia.
“Untuk membuatnya menjadi format buku, kami lengkapi lagi dengan 57 naskah kiriman peserta lainnya, yang kami nilai memiliki kisah kuat yang menginspirasi,” kata Yen.(*)