NOVA.id - Pendidikan kesehatan seksual secara dini di Indonesia masih belum banyak dilakukan oleh sebagian dari masyarakat, terutama orang tua.
Padahal, pendidikan kesehatan seksual itu bisa mengantisipasi beberapa dampak buruk dari seks bebas, penyakit menular, hingga pelecehan seksual.
Dan, kurangnya pendidikan kesehatan seksual ini harus mulai diajarkan oleh orang tua di rumah kepada anak sedini mungkin untuk mengantisipasi hal-hal tersebut.
Baca Juga: Mertuanya Meninggal Dunia, Mantan Istri Pasha Ungu Ungkap Pesan Pilu untuk Sang Suami
Sebab, jika kita sebagai orang tua tidak mengajarkan tentang kesehatan seksual, anak pun jadi enggan untuk terbuka tentang masalah reproduksi mereka.
Menurut Reckitt Benckiser (RB), sebuah perusahaan terkemuka untuk merek produk perlengkapan rumah tangga, perawatan kesehatan & pribadi, hari ini mengumumkan inisiatif survei pertamanya tentang pendidikan kesehatan seksual melalui merek alat kontrasepsi, Durex.
Survei tersebut pun mencakup lima kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Yogyakarta.
Baca Juga: Ayahanda Meninggal Dunia, Suami Okie Agustina Ungkap Jeritan Hatinya
Pengumuman hasil survei ini disaksikan oleh perwakilan dari sejumlah pemangku kepentingan utama: Kementerian Kesehatan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Pusat Studi Kesehatan Universitas Indonesia.
Hasil survey tersebut menemukan bahwa 61% anak muda merasa takut dihakimi oleh orang tua mereka ketika mereka ingin bertanya tentang pendidikan seksual.
Setelah fase pubertas mereka berlalu, remaja merasa lebih nyaman mendiskusikan pendidikan seksual dan topik-topik organ reproduksi kesehatan dengan teman sebaya atau teman-teman mereka (41%), baru kemudian bersama orang tua mereka (24%).
Baca Juga: Terungkap, Celine Evangelista Jawab Soal Pakai Pashmina di Acara Syukuran 7 Bulan Kehamilannya
Sebanyak 73% responden remaja setuju bahwa topik pendidikan seksual dan reproduksi kesehatan dari sekolah mereka belum memadai.
Hasil survei Durex tentang pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memberdayakan keluarga di Indonesia agar mengambil peran dan menjadi sumber informasi yang paling tepercaya bagi anak-anak mereka.
Tak hanya itu, remaja terkait pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi.
Baca Juga: Terungkap, Celine Evangelista Jawab Soal Pakai Pashmina di Acara Syukuran 7 Bulan Kehamilannya
Dalam hal ini, sangat penting bagi orang tua untuk bersikap lebih terbuka dan ramah serta mengubah cara mereka mendidik dan berkomunikasi.
Semua ini agar remaja merasa nyaman.
Bersamaan dengan pengumuman hasil survei, Durex juga meluncurkan kampanye Corporate Social Responsibility (CSR) yang edukatif, EDUKA5EKS.
Kampanye CSR ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi bagi orang tua, pengantin baru, dan remaja.
Inisiatif ini berisi lima langkah, yang setiap langkahnya memberikan pendidikan yang jelas bagi orang tua, pengantin baru, dan remaja.
Selain itu, Durex juga mendorong konsumen untuk secara proaktif berkonsultasi dan berpartisipasi dalam kampanye tersebut di media sosial dengan tagar #Enaknyadiobrolin.
Baca Juga: Resep Tabloid NOVA Terbaru: Soto Kuning Bogor yang Segar dan Bisa Jadi Teman Makan Siang
EDUKA5EKS ini terdiri dari 5 langkah mudah sebagai berikut:
1. Ayo Pahami – Sikap terbuka untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi.
2. Mari Bicara- Berani untuk memulai percakapan.
3. Saling Menghargai - Menghargai pendapat dan keputusan orang lain.
4. Selalu Bertanggung jawab - Bertanggung jawab atas diri sendiri, pasangan kita, dan keluarga kita.
5. Pemeriksaan Kesehatan – Mulai melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Berdasarkan hasil survei Durex, ketika mengalami tanda pubertas pertama kali, mayoritas responden remaja memilih orang tua (52%) sebagai sumber informasi utama mereka untuk berkonsultasi dan mendiskusikan pengalaman pertama mereka.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, ketika responden berusia muda telah melewati tanda pubertas pertama (yaitu mimpi basah untuk anak laki-laki dan periode hari pertama haid untuk anak perempuan), mereka menjadi lebih nyaman membahas reproduksi kesehatan dan topik pendidikan seksual dengan teman atau teman sebaya (41%).
Survei menyebutkan, fenomena ini terjadi karena mereka takut dihakimi oleh orang tua (61%) ketika mereka membahas topik tersebut.
Baca Juga: Pahami yuk! 5 Tanda Hubungan yang Terindikasi Toxic Relationship
“Memahami situasi ini, kami mendorong keluarga di Indonesia untuk kembali mengambil peran mereka sebagai penasihat anak-anak mereka dan sumber informasi tepercaya tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi serta menemani mereka melewati tahap pertumbuhan,” Srinivasan Appan, General Manager Reckitt Benckiser Indonesia.
Karena itu, sangat penting bagi remaja dan orang tua untuk bersikap saling terbuka terutama untuk mengetahui informasi penting tentang penyakit menular seksual (PMS), risiko kesehatan pada kehamilan dan pernikahan di bawah usia 20 tahun.
Serta perlindungan organ reproduksi yang belum disampaikan oleh keluarga sejak dini tentang pengetahuan hubungan seksual, yang dapat memengaruhi masa depan mereka.(*)