NOVA.id – Bagi sebagian dari kita, tentu sudah kenal dengan istilah shibori.
Buat sebagian orang, shibori mungkin masih jadi kata yang asing. Termasuk bagi Tutty Ferianingsih (47).
Namun shibori bagi Tutty justru mengubah nasibnya, padahal awalnya cuma modal nekat.
Perempuan asal Yogyakarta ini memang enggak pernah tahu, apa itu shibori.
Sampai suatu hari di tahun 2017, Tutty mengikuti sebuah workshop yang diadakan sebuah bank di Kelurahan Serangan, Yogyakarta.
Rupanya, workshop yang dilaksanakan hanya sehari itu mengajarkan Tutty dan peserta lainnya tentang teknik pewarnaan shibori.
Ya, shibori adalah teknik dan seni mewarnai kain yang berasal dari negeri Sakura, Jepang.
Baca Juga: Panggilan Sayang untuk Sang Pacar Dikritik Netizen, Cita Citata: Dia Happy!
Teknik pewarnaan motifnya dibuat dengan cara dicelup ke dalam zat pewarna.
Aslinya menggunakan pewarna alami indigo (indigofera), yang menghasilkan warna biru tua.
Tapi dalam perkembanganya di Indoesia, shibori bisa dijumpai dalam warna-warni yang lebih cerah. Motif yang dihasilkan mirip-mirip dengan jumputan.
Rupanya, begitu mengenal shibori, Tutty mengaku tertarik.
Apalagi belakangan dia tahu, bahwa shibori ini sebenarnya sangat dikenal di kalangan pecinta kain di Indonesia, karena keunikan motif yang dihasilkan.
Baca Juga: Tak Pernah Tanggapi DM Vicky Prasetyo, Tamara Bleszynski Beri Balasan Pedas Melalui Sang Putra
Alhasil, Tutty yang sebelumnya hanya seorang ibu rumah tangga, kehidupannya jadi berubah berkat shibori.
“Saya ikut bersama beberapa tetangga. Awalnya memang tidak tahu apa itu shibori. Tahunya ya, cuma seni melipat kain, lalu dicelup ke dalam cairan warna,” kata Tutty kepada Rini Sulistyati dari NOVA beberapa waktu lalu.
Tak puas dengan workshop sehari, Tutty dan beberapa temannya mulai mendalami lagi soal shibori.
Baca Juga: Terawang akan Ada Bencana Menyapu Sebuah Pulau, Wirang Birawa Bocorkan Waktu Kejadiannya
Tutty berpikir, alangkah sayangnya pelatihan yang diberikan jika tak dipraktikkan dan dikembangkan.
Kata Tutty, “Saya dan tiga teman lainnya lalu membentuk kelompok bernama Srikandi. Aneka motif shibori kami praktikkan, sampai paham betul di mana letak kelebihan dan kekurangannya.”
Ternyata Tutty makin tertarik dengan shibori, dia bahkan mulai membuat beberapa karya, terus memotretnya, lantas dipajang di laman Facebook-nya.
Baca Juga: Mengintip Keunikan Suku Baduy di Lebak Banten, Sangat Menjunjung Tinggi Nilai Adat
Tanpa disangka, dari hanya iseng memajang, shibori karyanya itu kemudian diminati orang.
Mereka bersedia membeli shibori karya Tutty.
“Yang membuat saya bingung, si pembeli memesan lagi selusin (shibori). Lain hari, ada lagi yang beli, tapi dengan syarat minta dilatih cara membuat shibori. Modal nekat saja, permintaannya saya iyakan,” cerita Tutty senang.
Permintaan shibori karya Tutty terus berkembang, hingga suatu hari dia akhirnya memutuskan untuk membuka usaha dengan nama Kana Shibori.
Nama itu diambil dari nama anaknya yang berkebutuhan khusus.
“Anak yang diamanahkan Tuhan kepada saya dalam kondisi berkebutuhan khusus, low vision (anak dengan fungsi penglihatannya berkurang, red),” lanjut Tutty pelan.
Diakui Tutty, usaha kerasnya memajukan bisnis Shibori, salah satunya karena ingin memandirikan putrinya.
Baca Juga: Bawa Istri ke Makam Ibunda Vanessa Angel, Doddy Sudrajat Rekam Hal Tak Biasa
Makanya dia melibatkan anaknya, dengan harapan putrinya itu bisa punya teman dan ajang curahan hatinya.
“Sebab sejauh ini tidak tersedia lapangan pekerjaan bagi anak berkebutuhan khusus seperti anak saya. Lewat Kana Shibori, saya ingin anak bisa mandiri,” tegas Tutty.
Semoga usahanya lancar ya, Bu. (*)