Cerita Hannah Al Rashid yang Pernah Lawan Kepala Sekolahnya: Saya Dikeluarin dari Sekolah, Enggak Peduli!

By Aghnia Hilya Nizarisda, Kamis, 3 Oktober 2019 | 21:00 WIB
Berempati Tinggi, Hannah Al-Rashid Pernah Lawan Kepala Sekolahnya (DOK.NOVA/ AFRI PRASETYO)

NOVA.id - Hannah Al Rashid tak hanya dikenal sebagai aktris, tetapi perempuan yang besar di Inggris ini pun aktif sebagai aktivis untuk isu gender dan perempuan.

Rupanya, kalau Hannah melihat berita tentang perempuan yang ditindas atau mengalami kekerasan, dia bisa ikut merasakan sakitnya, sedih hingga menangis.

Rasa empatinya membuat dia tidak bisa terima dan diam saja.

Baca Juga: Jefri Nichol Tidak Pernah Punya Keinginan untuk Memakai Narkoba, Dokter BNNP: Ini Semua Memang Disediakan Temannya!

“Saya akan merasa bersalah kalau saya tidak melakukan sesuatu. Kepikiran terus, kebawa sampai hati. Kalau lihat berita, apa ya yang bisa saya lakukan?” ujar Hannah.

Menariknya, perasaan itu sudah dirasakan Hannah sejak kecil.

Hebatnya, saat SMP, pemeran Sophie dalam Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! ini bahkan dengan berani melawan kepala sekolahnya.

Baca Juga: Sunan Kalijaga Sarankan Atta Halilintar Tak Buka Pintu Damai untuk Bebby Fey: Ini Benar-Benar Sangat Merusak!

Perkaranya, sang kepala sekolah rasis pada temannya yang orang Afrika.

“Waktu itu kelas diam, saya berdiri. Saya bilang itu rasis. Saya bisa dikeluarin dari sekolah, tapi saya enggak peduli,”  kisah Hannah.

Keberaniannya ternyata berkat didikan orangtuanya yang mendukung dirinya.

Baca Juga: Ahmad Dhani Gagal Nyaleg, Istrinya Jadi DPR, Kakak Ipar Mulan Jameela Langsung Komentar di Sosmed

“Saya sudah diajarkan orangtua, kalau ada yang tidak adil dan tidak baik, enggak boleh diam. Kalau diam, berarti setuju,” kisah Hannah.

Tak hanya itu, bahkan saat masih SD dia berkisah pernah melawan teman-teman lelakinya yang melarang perempuan bermain bola.

Melihat ada masalah, Hannah dengan berani protes langsung pada kepala sekolah.

Baca Juga: 5 Fakta Lora Fadil, Anggota DPR RI yang Viral karena Membawa Ketiga Istrinya Saat Pelantikan Kemarin

Kata Hannah, “Kalau mereka enggak mau inklusif, ya kita buat ekslusif saja.”

“Akhirnya, setiap Jumat bola hanya untuk perempuan. Setidaknya satu dari lima hari sekolah, hanya kita perempuan yang bisa main,” ujar Hannah. 

Ternyata keberanian Hannah dan empatinya terus meningkat, seiring bertambahnya usia dan kemampuan bela diri.

Baca Juga: Jadi Ketua DPR Perempuan Pertama, Puan Maharani: Puan Tidak Sehebat Mama Atau Papa

 Jika dulu langsung melawan, kini Hannah berjuang lebih luas lagi dengan platform dan posisinya sebagai figur publik.

Katanya, “Hanya itu kekuatan saya untuk mengedukasi masyarakat, menyebarluaskan informasi dan sharing tentang isu perempuan.”

Tak heran kalau Hannah tahun ini sampai bela-belain datang dari lokasi syuting untuk Womens March beberapa bulan lalu.

Baca Juga: Jalani Rehabilitasi Bersama dengan Suami, Nunung Sempat Ingin Memberontak Karena Hal Ini

 

Toh, media sosialnya saja pun jadi salah satu wahana perjuangan Hannah.

Salut. (*)