NOVA.id - Para peneliti baru-baru ini menemukan fakta bahwa gejala virus corona covid-19 punya gejala baru.
Gejala baru dari virus corona ini juga membuat banyak orang semakin khawatir dengan covid-19.
Para pakar Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan mengenai gejala baru virus corona yang muncul yakni kesulitan berbicara dan halusinasi.
Baca Juga: Berpuasa saat Menyusui? Ibu Harus Konsumsi Ini agar sang Bayi Tetap Sehat dan Ternutrisi Penuh
Sebelumnya, gejala-gejala umum yang muncul pada orang yang terinfeksi virus corona yakni demam, sesak napas, batuk, flu, dan dapat juga tidak tampak gejala.
Dilansir dari Metro Senin (18/5), saat ini WHO telah menyatakan bahwa kesulitan berbicara dan kurangnya gerakan juga dapat menjadi gejala virus corona.
"Sebagian besar orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus," ujar pakar WHO.
Baca Juga: Terapi Plasma Konvalesen, Pasien Covid-19 Bisa Sembuh dalam 3 Hari!
Kesulitan berbicara
Sementara itu, WHO juga menjelaskan bahwa gejala serius dari terinfeksi virus corona yakni kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri atau tekanan di dada, dan kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kesulitan dalam berbicara juga bisa menjadi tanda dampak virus corona dan pada kesehatan mental.
Peneliti di Orygen dan La Trobe University di Melbourne melaporkan, beberapa pasien telah mengalami episode psikotik sebagai akibat dari virus corona. Dr Ellie Brown, penulis utama studi ini, menggambarkan Covid-19 sebagai pengalaman yang membuat stres bagi semua orang, terutama mereka yang memiliki kebutuhan kompleks.
Baca Juga: Segarkan Tubuh dan Tingkatkan Kekebalan, Hydromamma Jadi Pilihan Pas!
Menurutnya, menghabiskan waktu yang lama dalam isolasi atau tanpa kontak keluarga dapat memicu tekanan psikososial yang substansial, yang menyebabkan episode psikosis.
Pasien juga dapat mengalami gejala seperti halusinasi, pikiran yang terganggu, atau mendengar suara.
Profesor Richard Gray, peneliti lainnya mengatakan mereka yang mengalami psikosis membutuhkan lebih banyak bantuan dalam menangani pandemi.
Ini adalah kelompok yang mungkin akan membutuhkan lebih banyak dukungan, dengan isolasi, jarak fisik, mencuci tangan, dan lainnya. Dokter mungkin adalah orang-orang yang perlu berpikir dan bekerja pada hal penanganan pandemi untuk membantu populasi yang rentan ini," ujar Richard.
Baca Juga: Duduk Melulu Selama WFH Perhatikan Posisi dan Satu Hal Ini Agar Aman
Halusinasi
Di sisi lain, para peneliti juga melaporkan ada sejumlah pasien yang mengalami gejala neurologis.
Dikutip dari The Conversation, Jumat (24/04), beberapa penelitian melaporkan bahwa lebih dari sepertiga pasien menunjukkan gejala neurologis.
Dalam sebagian besar kasus, Covid-19 adalah infeksi pernapasan yang menyebabkan demam, sakit, kelelahan, sakit tenggorokan, batuk dan, dalam kasus yang lebih parah, gangguan pernapasan.
Baca Juga: Kabar Terbaru, Virus Corona Bisa Sebabkan Sakit Jantung dan Stroke
Namun, kini tampaknya adanya gejala neurologis akan masuk dalam daftar baru gejala virus corona lainnya.
Beberapa penelitian terbaru telah mengidentifikasi adanya gejala neurologis pada kasus Covid-19.
Mereka membahas mengenai gejala diamati pada individu. Beberapa laporan menggambarkan pasien Covid-19 yang menderita sindrom Guillain-Barré.
Sindrom Guillain-Barré adalah gangguan neurologis di mana sistem kekebalan tubuh merespons infeksi dan akhirnya menyerang sel-sel saraf yang salah, mengakibatkan kelemahan otot dan akhirnya lumpuh.
Studi kasus lain telah menggambarkan ensefalitis Covid-19 yang parah (peradangan dan pembengkakan otak) dan stroke pada orang muda yang sehat dengan gejala Covid-19 yang ringan.
Sementara itu, China dan Perancis juga telah menyelidiki prevalensi gangguan neurologis pada pasien Covid-19.
Penelitian ini menunjukkan, sebanyak 36 persen pasien memiliki gejala neurologis.
Banyak dari gejala ini ringan dan termasuk hal-hal seperti sakit kepala atau pusing yang dapat disebabkan oleh respons imun yang kuat.
Baca Juga: Agar Tidak Memicu Sakit Lambung, Ini Waktu yang Baik untuk Meminum Kopi saat Puasa di Bulan Ramadan
Gejala lain yang lebih spesifik dan parah juga terlihat dan termasuk hilangnya bau atau rasa, kelemahan otot, stroke, kejang, dan halusinasi.
Gejala-gejala ini terlihat lebih sering pada kasus virus corona yang parah, dengan perkiraan mulai dari 46 persen hingga 84 persen dari kasus yang parah menunjukkan gejala neurologis.
Replikasi virus Perubahan dalam kesadaran, seperti disorientasi, kurang perhatian dan gangguan pergerakan, juga terlihat pada kasus yang parah dan ditemukan bertahan setelah pemulihan.
Baca Juga: Hobi Makan Manis saat Buka Puasa? Ini 3 Tips Atasi Berat Badan agar Tetap Terjaga
Dalam studi terkait virus corona SARS-CoV-2, virus ini dapat berada di otak.
Apabila kondisi seperti ini telah dianggap sebagai kasus yang serius. Adanya virus corona di otak menyebabkan infeksi neuron penciuman di hidung dapat memungkinkan virus untuk menyebar dari saluran pernapasan ke otak.
Sel-sel di otak manusia mengekspresikan protein ACE2 di permukaannya. ACE2 adalah protein yang terlibat dalam regulasi tekanan darah dan merupakan reseptor yang digunakan virus untuk masuk dan menginfeksi sel.
Baca Juga: Hobi Makan Manis saat Buka Puasa? Ini 3 Tips Atasi Berat Badan agar Tetap Terjaga
Tak hanya itu, ACE2 juga ditemukan pada sel endotel yang melapisi pembuluh darah. Infeksi sel-sel endotel memungkinkan virus untuk berpindah dari saluran pernapasan ke darah dan kemudian melintasi sawar darah-otak ke otak.
Begitu sampai di otak, replikasi virus dapat menyebabkan gangguan neurologis.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.