Nadiem Makarim Sebut Pembelajaran Jarak Jauh Bisa Dilakukan Permanen Usai Covid-19, Ketua Umum IGI: Tidak bisa, Guru-Guru Menolak

By Presi, Minggu, 5 Juli 2020 | 17:31 WIB
Nadiem Makarim Sebut Pembelajaran Jarak Jauh Bisa Dilakukan Permanen Usai Covid-19, Ketua Umum IGI: Tidak bisa, Guru-Guru Menolak (Kompas.com)

NOVA.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan bahwa metode pembelajaran jarak jauh nantinya bisa diterapkan permanen usai pandemi covid-19.

Hal itu Nadiem katakan saat rapat kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (02/07) lalu.

Analisis Kemendikbud mengungkapkan pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar akan menjadi hal yang mendasar.

"Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Nadiem.

Baca Juga: Bak Berhati Emas, Seorang Anggota Polisi Bantu Anak-Anak Sekolah Kurang Mampu Belajar di Kompleks Kuburan, Ini Alasan Mulianya

Mengenai wacana itu, Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim angkat bicara.

Ramli meminta agar Nadiem menjelaskan maksud pembelajaran daring akan permanen setelah pandemi covid-19.

Menurut Ramli, pembelajaran tidak bisa 100 persen dilaksanakan tanpa tatap muka.

"Mas Menteri harus menafsirkan terkait arti pembelajaran daring yang akan dipermanenkan. Kalau permanen tanpa tatap muka lagi, ya bisa kewalahan kita," ujar Ramli, Sabtu (04/07).

Baca Juga: Deretan Masakan Berkuah yang Lezat Disantap Saat Lembur di Rumah

Ramli menyebut pihaknya sudah tegas menolak apabila ada wacana 100 persen pembelajaran daring.

"Kalau yang dimaksud pembelajaran daring ini dilakukan 100 persen ya tidak bisa, guru-guru menolak, tetap dibutuhkan pertemuan," kata dia.

Menurut Ramli, pembelajaran daring dinilai sangat kurang dalam banyak hal.

"Pendidikan tidak 100 persen ada di sana, aspek pedagogi atau proses pembelajaran, kemampuan keilmuan mungkin terpenuhi. Akan tetapi dari sisi pendidikan dan pembangunan karakter, pembelajaran daring dinilai sangat kurang. Bahkan bisa disebut tidak ada," ujar Ramli.

Baca Juga: Pilu, Seorang Anak di Jember Alami Stres dan Menolak Makan Usai Gagal Masuk SMA, Sang Ibu Sebut Ada Kecurangan Sistem

Selain itu, Komisi X DPR RI juga tak sepakat dengan wacana pembelajaran jarak jauh (PJJ) diterapkan secara permanen dan hybrid yang diungkap Nadiem Makarim.

Komisi X juga meminta wacana itu dijelaskan secara gamblang.

"Ya saya kira kalau PJJ (permanen) itu di level perguruan tinggi nggak masalah lah, tapi kalau untuk SD, SMP, SMA, saya kira saya nggak setuju. Karena tentu nggak semua mata pelajaran bisa di-PJJ-kan," kata Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda.

Baca Juga: Kemendikbud Rilis Jadwal Masuk Sekolah SD, SMP, dan SMA Tahun Ajaran Baru 2020/2021, Ini Syarat Belajar Tatap Muka

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera membuat petunjuk teknis (juknis) pembelajaran jarak jauh.

Menurut Dede, juknis ini sangat diperlukan sebagai pedoman guru dalam memberikan pembelajaran jarak jauh.

"Sampai saat ini pun kami masih mendesak Kemendikbud agar memiliki satu juknis petunjuk teknis untuk melakukan pembelajaran jarak jauh," ujar Dede dalam diskusi webinar The Yudhoyono Institute beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Sudah Pakai Ganja Sejak 20 Tahun Lalu, Dwi Sasono Bakal Direhabilitasi untuk Waktu yang Lama agar Bisa Kembali Normal

Menurut Dede, Kemendikbud harus memberikan pedoman agar jangan sampai guru memberikan pembelajaran jarak jauh yang monoton kepada siswa.

"Jangan sampai akhirnya setiap sekolah atau setiap guru menerjemahkan cara memberikan pelajaran jarak jauh hanya dengan memberikan tugas-tugas," tutur Dede.

Ketum IGI Ramli Rahim menambahkan, kelas daring atau virtual school bisa dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ruang kelas.

Ramli mengungkap kembali, pihaknya sudah tegas menolak apabila ada wacana 100 persen pembelajaran daring.

Baca Juga: Tata Janeeta Unggah Foto Jadul Semasa Sekolah, Netizen Malah Salah Fokus ke Penampilannya

"Kalau yang dimaksud (Mendikbud) pembelajaran daring ini dilakukan 100 persen ya tidak bisa, guru-guru menolak, tetap dibutuhkan pertemuan," ungkap Ramli.

Ramli menyebut setuju jika pembelajaran daring digabung dengan pertemuan tatap muka.

"Kalau blended, gabungan antara pembelajaran tatap muka dan jarak jauh, itu udah lama dilakukan sebelum pandemi," kata Ramli.

Nadiem dalam raker tersebut mengatakan, pemanfaatan teknologi ini akan memberikan kesempatan bagi sekolah melakukan berbagai macam modeling kegiatan belajar.

Baca Juga: Ada Wacana Sekolah Kembali Dibuka, Yuk Mulai Rancang Menu Bekal Anak

"Kesempatan kita untuk melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi dengan software dengan aplikasi dan memberikan kesempatan bagi guru-guru dan kepala sekolah dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam hybrid model atau school learning management system itu potensinya sangat besar," tuturnya.

Hal ini katanya lagi terbukti dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh selama pandemi covid-19.

Nadiem menilai, para guru dan orang tua akhirnya mencoba beradaptasi dan bereksperimen memanfaatkan teknologi untuk kegiatan belajar.

Baca Juga: Ajaran Baru Masih Belajar dari Rumah, Haruskah Homeschooling Jadi Pilihan?

 

 

"Walau sekarang kita semua kesulitan beradaptasi dalam PLJ, tapi belum pernah dalam sejarah Indonesia kita melihat jumlah guru dan kepala sekolah yang bereksperimen dan orang tua juga bereksperimen beradaptasi dengan teknologi," ucapnya.

"Jadi ini merupakan sebuah tantangan dan ke depan akan menjadi suatu kesempatan untuk kita," ujar Nadiem.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Wacana Pembelajaran Jarak Jauh Permanen Dipertanyakan, Ketua Umum IGI: Bisa Kewalahan Kita.