NOVA.id – Terus menerus berada di rumah selama beberapa bulan terakhir memicu rasa stres dan bosan. Bertemu sanak keluarga yang sudah lama tidak dikunjungi mulai jadi daftar keinginan setiap akhir pekan.
Apalagi, liburan Natal dan akhir tahun sudah di depan mata, rencana bepergian mengunjungi keluarga pun mulai dibuat. Meski begitu, benarkah mengunjungi keluarga jauh untuk bersilaturahmi adalah pilihan liburan yang tepat?
Rupanya, profesor ilmu kesehatan di Ball State University, Jagdish Khubchandani, mengungkapkan bahwa bepergian mengunjungi keluarga bukanlah hal yang bijak dilakukan di masa pandemi Covid-19.
Sebab, social distancing bukan hanya menghindari bar dan restoran, melainkan juga tinggal di rumah dan tidak mengunjungi keluarga yang tampaknya sehat.
"Kita bermain dengan api jika mengunjungi taman atau keluarga. Pada titik ini, kita harus bertindak seolah semua orang terinfeksi. Kita bisa menjadi risiko bagi diri kita, keluarga kita, teman-teman kita, dan seluruh komunitas," kata Jagdish.
Menurut Jangdish, penelitian baru di Tiongkok menunjukkan bahwa orang yang tidak bergejala adalah justru yang paling banyak menyebarkan Covid-19. Sahabat Nova mungkin tidak menyadari telah terinfeksi.
Bahkan, orang yang terinfeksi bisa jadi baru menunjukkan gejala setelah berminggu-minggu kemudian.
Kondisi inilah yang membuat anti-sosial menjadi pilihan terbaik hingga vaksin yang ampuh ditemukan. Meski pada hakikatnya manusia memang membutuhkan sosialisasi untuk menjaga kewarasan serta mengobati kesepian.
Senada, profesor dan Ketua Department of Science and Technology di Bryant University dan pakar imunologi, virologi, mikrobiologi, serta kesehatan dan penyakit manusia Kirsten Hokeness, menyebut pilihan anti sosial dapat dilakukan dengan cara membatasi pertemuan yang tidak perlu.
"Jadi mulailah mengambil jarak, batasi pertemuan yang tidak perlu, dan diamlah di rumah," ujarnya.
Kirsten juga menjelaskan bahwa virus corona membutuhkan manusia sebagai inang dan kendaraan untuk menginfeksi satu orang ke yang lainnya.