NOVA.id – Akses fasilitas kesehatan yang sedikit serta lokasi yang sulit terjangkau dari keramaian kota membuat perempuan di Desa Ciasihan, Bogor, Jawa Barat tak percaya dengan hal-hal berbau medis.
Benar saja, NOVA perlu menempuh waktu 2,5 jam dari Jakarta menggunakan bus ke desa ini.
Nah, saat sampai NOVA melihat jika jarak desa ini dari tempat fasilitas kesehatan terdekat kurang lebih sekitar 3 kilometer dengan jalan menanjak.
Tak heran banyak dari mereka jarang ke fasilitas kesehatan, hingga asing dengan pengobatan atau perawatan secara medis. Khususnya mengenai perawatan kehamilan dan persalinan.
Asal tahu saja, banyak perempuan di desa ini yang secara turun-temurun melahirkan di dukun beranak. Padahal, melahirkan di dukun beranak lebih berisiko.
Sayangnya, mereka tak percaya dengan bidan ataupun dokter. Belum lagi ditambah bayangan tentang alat-alat medis yang dianggap menyeramkan.
Tapi yang paling utama, melahirkan di bidan artinya mereka harus menggelontorkan biaya yang mahal.
Akibatnya, menurut Lilih N, Kepala Desa Ciasihan, persaingan antara dukun beranak dan bidan membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan primer menurun. Inilah yang menjadi tantangan.
Kendati demikian, dengan usaha dan semangat yang konsisten dari para kader kesehatan setempat, perempuan di Ciasihan pun mulai membuka hati.
Baca Juga: Aqua Japan Wujudkan Mimpi Generasi Muda dengan Renovasi Perpustakaan
Mereka mendapat pendekatan sosial mengenai kesehatan dan diajak untuk lebih dekat dengan bidan.
Sementara, para dukun beranak turut diberikan penyuluhan, bahkan beberapa di antaranya kini ikut menjadi mitra bidan.
“Dukun beranak dulu didatangi orang kesehatan dari kabupaten. Baik penyuluhan, disekolahkan, (diberi tahu) ini bukan persaingan, tetapi untuk membantu ibu dukun juga. Jadi, bagi-bagi tugas intinya. Ibu bidan pakai medis, yang dukun beranak untuk mencuci pakaian atau lainnya. Akhirnya mau berbagi,” ujar Lilih.
Syukurnya, kian hari para perempuan Ciasihan semakin yakin dan mantap untuk memeriksakan kesehatan dan kandungan mereka di bidan.
Saat ini banyak pula warga Ciasihan yang berprofesi sebagai bidan. Sungguh sebuah kemajuan.
Bila diberikan penyuluhan pun warga tak lagi menolak. Lilih menuturkan, “Kalau sekarang malah senang diadakan penyuluhan apalagi dibantu sama Bayer. Pikirannya mulai terbuka, sudah modern, ya. Tahu caranya mengurus bayi, mengurus kandungan juga. Enggak susah kayak dulu lagi. Sekarang kalau dukun enggak mau bergabung dengan bidan, justru pasiennya yang enggak mau (melahirkan dengan dukun).”
Sementara soal biaya berobat ke bidan bakal disesuaikan apabila bidan harus mendatangi pasien langsung ke rumahnya.
Namun tak bisa dimungkiri, ada sedikit warga yang tinggal di daerah lebih tinggi yang masih mengandalkan dukun beranak.
Baca Juga: Wings Care Luncurkan ProGuard, The Next Level of Antibacterial Body Wash Untuk Lawan Mutasi Kuman
Sebab keberadaan dukun beranak masih belum bisa dihilangkan sepenuhnya.
Meski begitu, fasilitas kesehatan warga Ciasihan seperti alat transportasi kini sudah jauh lebih memadai.
Di saat ada warga yang sakit dan membutuhkan penanganan cepat, tersedia motor atau mobil siaga yang setiap waktu bersedia untuk menolong warga.
“Yang saya mau, sih, ditambah mobilnya mudah-mudahan nanti. Jadi, supaya jangan berebut,” tutur Lilih.
Di samping penyuluhan tentang bidan, perempuan Desa Ciasihan juga mendapat edukasi terkait kesehatan mandiri, pencegahan stunting, serta kontrasepsi bagi perempuan tani dan istri petani, lewat program Bayer untuk Indonesia (BISA).
Semoga banyak perubahan positif lagi, ya!
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)