Ketika proses pencanangan berlangsung, Soekarno yakin bahwa Masjid Istiqlal akan menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan mengalahkan masjid-masjid besar dari negara lain.
Sayangnya, proses pembangunan masjid tidak berjalan dengan lancar. Sejak direncakan pada 1950 hingga 1965, pembangunan Masjid Istiqlal tidak mengalami banyak kemajuan akibat adanya gejolak politik dan ekonomi.
Persoalan yang menghambat pembangunan Masjid Istiqlal mulai dari kurangnya dana karena krisis ekonomi pada 1960-an sampai meletusnya peristiwa G30S pada 1965.
Setelah kondisi sudah lebih kondusif, pada 1966, Menteri Agama KH Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Tujuh belas tahun setelahnya, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Masjid Istiqlal diresmikan pada 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto.
Baca Juga: Registrasi Sosial Ekonomi 2022 Mulai Dilaksanakan, Untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Pemerintah
Masjid terbesar
Masjid Istiqlal disebut sebagai masjid terbesar di Indonesia, karena memiliki luas bangunan mencapai 24.200 meter persegi di atas tanah seluas 98.247 meter persegi.
Masjid Istiqlal mampu menampung sebanyak 200.000 jemaah. Ada empat lantai balkon dan satu lantai dasar sehingga total ada lima lantai yang menggambarkan Rukun Islam. Lalu, ada juga menara setinggi 66,66 meter dengan diameter sebesar 5 meter.
Ketinggian menara ini menjadi simbol dari jumlah ayat yang ada dalam Al-Quran. Sementara itu, di atas tempat muadzin mengumandangkan adzan adalah puncak menara yang terbuat dari baja seberat 28 ton dengan tinggi 30 meter.
Referensi:
- El-Fikri, Syahruddin. (2014). Sejarah Ibadah. Jakarta: Republika Penerbit.
- Vletter, Martien de. (2009). Masa Lalu dalam Masa Kini, Arsitektur di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sejarah Masjid Istiqlal, Masjid Terbesar di Indonesia