Intip Sejarah Masjid Istiqlal, Masjid Terbesar di Indonesia yang Miliki Lima Lantai

By Widyastuti, Kamis, 20 Oktober 2022 | 17:16 WIB
Sejarah Masjid Istiqlal (dok. kompas.com)

NOVA.id - Rame di media sosial, berikut sejarah masjid Istiqlal akan dibahas dalam artikel berikut ini.

Masjid Istiqlal adalah masjid terbesar di Indonesia yang tepatnya terletak di Jakarta. Masjid Istiqlal memiliki luas bangunan sebesar 24.200 meter persegi di atas tanah seluas 98.247 meter persegi.

Dibangun pada 1951, Masjid Istiqlal digagas oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Berikut ini sejarah Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Indonesia.

Digagas oleh Presiden Soekarno

Sejarah berdirinya Masjid Istiqlal tercetus atas ide dari Presiden Soekarno pada 1950-an.

Ide awal pembangunan Masjid Istiqlal sebenarnya sudah muncul sejak 1944 dalam sebuah pertempuan sejumlah ulama dan pimpinan organisasi serta para tokoh Islam yang berada di Pegangsaan Timur, Jakarta.

Para ulama dan tokoh-tokoh Islam menghendaki agar dibangun sebuah masjid agung di Kota Jakarta yang sudah lama diinginkan umat Islam.

Soekarno menyebut pembangunan masjid ini dengan nama Masjid Jami' yang berarti masjid agung.

Baca Juga: JPU Tolak Eksepsi Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi,Ini Jadwal Sidang Putusan Sela

Setelah mendengar permintaan tersebut, Soekarno menanyakan kepada para ulama mengenai biaya yang sudah mereka siapkan untuk membangun Masjid Istiqlal.

Mereka pun mengatakan bisa menjamin pendanaan sebesar Rp 500.000 dari hasil patungan.

Soekarno menganggap dana tersebut tidak cukup karena dia ingin Masjid Istiqlal dibangun dengan megah dan kokoh.

Para ulama pun mencoba meyakinkan Soekarno bahwa dana tersebut cukup. Terlebih, banyak umat Islam yang juga bersedia membantu dengan menyumbangkan kayu, bahan bangunan, kapur, dan genteng.

Begitu mendengar kata kayu dan genteng, Soekarno semakin yakin untuk menunda proses pembangunan masjid agung.

Soekarno kemudian meminta agar para ulama dan tokoh Islam bersabar lebih dahulu. Soekarno kemudian menjelaskan supaya Masjid Istiqlal dibangun dengan tujuan bisa bertahan dalam waktu lama sehingga dibutuhkan bahan material yang jauh lebih bagus.

Oleh sebab itu, Soekarno mengatakan bahwa Masjid Jami' (sekarang Masjid Istiqlal) harus dibangun dari kerangka besi, beton, pintu dari perunggu, dan lantai dari batu pualam supaya dapat bertahan selama 1.000 tahun.

Penentuan lokasi

Penentuan lokasi pendirian Masjid Istiqlal sempat menuai pro dan kontra antara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Presiden Soekarno ingin Masjid Istiqlal dibangun di atas tanah bekas benteng Belanda Frederick.

Benteng itu dibangun oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch pada 1834, yang berada di Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral, dan Jalan Veteran. Sementara itu, Mohammad Hatta menyarankan agar Masjid Istiqlal dibangun di tengah-tengah umatnya, yaitu di Jalan Thamrin yang kala itu dikelilingi oleh kampung-kampung.

Selain itu, Mohammad Hatta juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan biaya besar. Pada akhirnya, Presiden Soekarno memutuskan membangun Masjid Istiqlal di lahan bekas benteng Belanda.

Sebab, tepat di seberang lokasi itu sudah berdiri Gereja Katedral sehingga dapat menggambarkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Pencanangan pertama

Arsitektur Masjid Istiqlal dirancang oleh Friedrich Silaban. Pencanangan tiang pertama Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW yang disaksikan oleh ribuan umat Islam.

Ketika proses pencanangan berlangsung, Soekarno yakin bahwa Masjid Istiqlal akan menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan mengalahkan masjid-masjid besar dari negara lain.

Sayangnya, proses pembangunan masjid tidak berjalan dengan lancar. Sejak direncakan pada 1950 hingga 1965, pembangunan Masjid Istiqlal tidak mengalami banyak kemajuan akibat adanya gejolak politik dan ekonomi.

Persoalan yang menghambat pembangunan Masjid Istiqlal mulai dari kurangnya dana karena krisis ekonomi pada 1960-an sampai meletusnya peristiwa G30S pada 1965.

Setelah kondisi sudah lebih kondusif, pada 1966, Menteri Agama KH Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Tujuh belas tahun setelahnya, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Masjid Istiqlal diresmikan pada 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto.

Baca Juga: Registrasi Sosial Ekonomi 2022 Mulai Dilaksanakan, Untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Pemerintah

 

Masjid terbesar

Masjid Istiqlal disebut sebagai masjid terbesar di Indonesia, karena memiliki luas bangunan mencapai 24.200 meter persegi di atas tanah seluas 98.247 meter persegi.

Masjid Istiqlal mampu menampung sebanyak 200.000 jemaah. Ada empat lantai balkon dan satu lantai dasar sehingga total ada lima lantai yang menggambarkan Rukun Islam. Lalu, ada juga menara setinggi 66,66 meter dengan diameter sebesar 5 meter.

Ketinggian menara ini menjadi simbol dari jumlah ayat yang ada dalam Al-Quran. Sementara itu, di atas tempat muadzin mengumandangkan adzan adalah puncak menara yang terbuat dari baja seberat 28 ton dengan tinggi 30 meter.

Referensi:

- El-Fikri, Syahruddin. (2014). Sejarah Ibadah. Jakarta: Republika Penerbit.

- Vletter, Martien de. (2009). Masa Lalu dalam Masa Kini, Arsitektur di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sejarah Masjid Istiqlal, Masjid Terbesar di Indonesia