Amankah Transplantasi Rambut untuk Atasi Kebotakan? Ini Kata Dokter

By Widyastuti, Sabtu, 18 Maret 2023 | 06:02 WIB
Transplantasi rambut menurut dokter, benarkah aman? (iStock)

NOVA.id - Berbagai masalah kesehataan kulit kepala dan rambut sangatlah mengganggu dan seringkali mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Masalah kulit kepala dan rambut ini termasuk rambut rontok, rambut ketombe, rambut kering dan rusak serta akibat hormon yang terjadi dengan ibu hamil dan setelah melahirkan.

Untuk mengatasi hal itu, Klinik Bamed didukung oleh tenaga dokter Spesialis Kulit dan Kelamin yang kompeten dan berpengalaman di bidangnya, dan mendapatkan pelatihan berstandar Internasional meluncurkan Bamed Hair Care, inovasi baru  bagi permasalahan kulit kepala dan rambut.

dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG,-KFER, MSc, Chief Executive Officer Bamed menjelaskan, Bamed Hair Care menyediakan layanan konsultasi dan beberapa layanan terapi seperti, PRP Hair Therapy, Stem Hair Therapy, Healite Therapy, IPL, dan Hair Transplant. Masing-masing layanan memiliki fungsinya yang bisa disesuaikan dengan keluhan pasien mengenai kesehatan rambut dan kulitnya.

Apabila mengalami kebotakan dan rambut tipis contohnya, maka transplantasi rambut bisa menjadi pilihan terapi. Dengan terapi yang tepat akan membantu memperbaiki kualitas hidup pasien.

Terapi tanam rambut atau transplantasi rambut merupakan rangkaian operasi di kulit kepala yang dilakukan dengan memindahkan sel rambut yang sehat ke area yang mengalami kebotakan.

Dengan transplantasi rambut, pasien dapat memiliki rambut kembali secara permanen. Untuk menentukan terapi ini, pasien wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kulit dan kelamin yang tepat, untuk menentukan tindakan dan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Menurut dr. Mohammad Yoga Adi Waskito, Sp.D.V.E, Spesialis Kulit & Kelamin Bamed, terdapat banyak jenis kelainan rambut yang dapat dialami seseorang.

Baca Juga: Cara Menghilangkan Rambut Rontok hingga Penyebab yang Biasa Terjadi

Kerontokan merupakan salah satu masalah rambut yang paling sering dialami. Kerontokan rambut yang berlebih dapat menyebabkan kebotakan (Alopesia).

Kebotakan akibat pengaruh hormonal, atau disebut Alopesia Androgenetika (AGA), terjadi pada hampir 50% penduduk dunia. Alopesia Areata (AA) terjadi pada 2,11% penduduk dunia.

"Di Indonesia, lima permasalahan rambut terbanyak adalah sebagai berikut, Alopesia Areata (50%), Alopesia Androgenetika (31,2%), Telogen Effluvium (14%), Alopesia Sikatrisial (3,1%) dan Trikotilomania (1,6%)," terangnya.

Penyebab kelainan pada rambut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bawaan (genetik) dan didapat. Faktor penyebab yang didapat mencakup efek samping obat, efek hormon, setelah melahirkan, stres, dan perawatan rambut yang salah.

Perawatan rambut yang salah, seperti sering mewarnai rambut, mencuci rambut secara berlebihan, menyisir rambut berlebihan, pemanasan rambut dengan suhu tinggi dan berulang kali, dan sering berjemur di bawah sinar matahari.

“Tanda rambut rusak adalah mudah patah, tampak kusam, mengalami perubahan warna, serta rontok lebih besar dari 100 helai/hari, Kerontokan rambut dapat disertai kebotakan, kemerahan pada kulit kepala, jaringan parut, dan sisik pada kulit kepala.

Menentukan jenis dan penyebab rambut rusak adalah hal yang penting untuk menentukan pengobatan dan tindakan yang sesuai. Konsultasikan permasalahan rambut yang dialami ke dokter spesialis dermatologi dan venereologi agar dapat ditangani segera,” kata dr. Yoga.

Perawatan rambut yang baik agar rambut tetap sehat mencakup pemilihan regimen sesuai kondisi rambut, penggunaan hair conditioner, serum heat defense, sering keramas dan membersihkan rambut setelah menggunakan produk rambut, mencari produk dengan kandungan polimer kationik yang memiliki berat molekul lebih tinggi, silikon, kandungan minyak, menghindari faktor pencetus rambut rusak (pemanasan rambut berlebihan, pewarnaan rambut berlebihan, dan lainnya).

Selain itu, bantuan profesional dari dokter spesialis kulit dan kelamin dapat menjadi solusi untuk menangani permasalahan kulit kepala dan rambut. Sehingga faktor penyebab masalah kulit kepala dan rambut dapat diketahui secara tepat beserta dengan obat-obatan dan treatment yang diperlukan.

"Ada beberapa treatment yang dapat dilakukan untuk menangani masalah ini yaitu, PRP Hair Therapy yang berfungsi untuk mempertebal dan merangsang pertumbuhan rambut, Stem Hair Therapy yang berfungsi untuk regenerasi kulit dan rambut, Healite Therapy untuk menstimulasi pertumbuhan sel rambut, IPL & Laser Hair Removal untuk menghilangkan bulu atau rambut pada bagian tubuh dan Hair Transplant untuk mengatasi kondisi kebotakan,” tambahnya.

dr. Firman Parrol, Sp.D.V.E, Spesialis Kulit & Kelamin Bamed mengatakan, “Transplantasi rambut merupakan sebuah metode pengambilan rambut sehat dari donor untuk dipindahkan ke area yang mengalami kebotakan. Transplantasi rambut tidak hanya dilakukan untuk rambut kepala, namun juga rambut ketiak, alis, kelamin, dan lainnya.”

dr. Firman Parrol ()

Terdapat dua teknik transplantasi rambut, yaitu follicular Unit Transplantation (FUT) dan Follicular Unit Extraction (FUE). Masing-masing teknik memiliki keunggulan dan kekurangan namun FUE lebih sering digunakan karena skar lebih kecil, penyembuhan lebih singkat, membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit, persiapan graft minimal, dapat digunakan untuk transplantasi rambut di area selain kepala, dapat dilakukan walaupun area skalp minim, risiko kerusakan saraf dan perdarahan masif lebih kecil.

Salah satu perkembangan terbaru dalam teknik FUE adalah FUE Sapphire. "Kelebihan teknik baru ini adalah hasil lebih natural, sangat aman, terdapat efek antibacterial sehingga proses penyembuhan lebih cepat dan risiko infeksi setelah tindakan sangat kecil, risiko alergi kecil, lebih presisi, penyembuhan lebih cepat, dan tidak merusak jaringan kulit,” jelasnya.

Transplantasi rambut dapat dilakukan untuk beberapa kondisi seperti; Alopesia Andogenetika pada pria, Female pattern hair loss, Alopesia skar sekunder (pascatrauma, luka bakar, radioterapi, bedah), Alopesia triangular temporal, mundurnya garis rambut frontalis dan Alopesia akibat traksi, alis rontok (trauma, paskabedah, dicabuti) dan kerontokan bulu mata, janggut, bulu pubis.

Kondisi lain yang belum disebutkan di atas mungkin dapat dilakukan tindakan transplantasi rambut namun penting dikonsultasikan dengan dokter spesialis dermatologi dan venereologi terlebih dahulu,” katanya.

“Transplantasi rambut sebaiknya dilakukan jika pasien sudah berusia lebih dari 20 tahun, memiliki rambut donor yang cukup tebal, dan memahami persepsi yang baik terhadap tindakan transplantasi rambut. Pasien yang kerontokannya masih progresif tidak disarankan melakukan transplantasi rambut karena kerontokannya masih mungkin bertambah. Penting ditekankan agar pasien memiliki ekspektasi yang realistis terhadap hasil tindakan sehingga tidak kecewa di kemudian hari.,” tutup dr. Firman. (*)