Rentan Serang Anak, Ini Cara Mencegah DBD Pada Anak dengan Vaksin!

By Maria Ermilinda Hayon, Sabtu, 3 Februari 2024 | 20:40 WIB
Wajib tahu! Ini anjuran vaksin DBD sebagai cara mencegah DBD pada anak. (Edwin Tan)

 

NOVA.id – Indonesia sebagai negara endemik dengue, masih menghadapi permasalahan yang sama setiap tahunnya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, hingga minggu ke-52 pada tahun 2023, terdapat 98.071 kasus di Indonesia, dengan kematian sebanyak 764 jiwa.

Dengue atau biasa kita kenal dengan DBD, merupakan penyakit dengan urgensi yang tinggi di Indonesia.

Semua orang memiliki risiko yang sama untuk terjangkit, terlepas dari usia, strata sosial, atau di mana mereka tinggal.

Penyakit ini dapat sangat berbahaya karena menyebabkan kematian.

Namun, sampai dengan saat ini belum ada pengobatan khusus yang spesifik untuk mengobati DBD.

Dibutuhkan sinergi yang kuat di antara seluruh pemangku kepentingan, serta peran aktif masyarakat untuk dapat menanggulangi DBD secara menyeluruh.

Hal ini perlu dilakukan dari satuan unit terkecil di masyarakat, yaitu keluarga.

Keluarga memegang peranan yang krusial dalam pencegahan penyebaran virus dengue dan meningkatkan perlindungan terhadap komunitas.

Salah satu hal yang penting diketahui masyarakat adalah tentang pencegahan DBD.

Menurut Wakil Menteri Kementerian Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD., Ph.D., pemerintah secara aktif melakukan sosialisasi terkait gerakan masyarakat seperti program 3M Plus. Sejauh ini, 3M Plus masih menjadi program yang cukup efektif.

 

Baca Juga: Cuaca Panas Buat Nyamuk Penyebab DBD Jadi Lebih Ganas, Kenali Gejalanya Jika Sudah Terinfeksi

Namun memang, selain dengan memperkuat program pemberdayaan masyarakat, dibutuhkan upaya yang lebih inovatif untuk pengendalian DBD di Indonesia, seperti pengembangan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dan vaksin.

Pemerintah pun menyambut baik intervensi inovasi melalui vaksin dalam penanganan DBD.

“Untuk itu, kami berkomitmen untuk menjalin kerja sama yang berkesinambungan dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, seperti FNM Society dan Koalisi Bersama Lawan Dengue (KOBAR), guna mencapai target utama ‘Indonesia Nol Kematian Akibat Dengue 2030’. Maka, kami mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta dalam upaya pencegahan dengue di lingkungannya masing-masing,” kata Prof. Dante.

 

Di sisi lain, Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), menambahkan bahwa jumlah kasus DBD di tahun 2022 dapat ditemukan pada seluruh kelompok usia, di mana 35 persen ditemukan pada rentang usia 5-14 tahun.

Angka kematian akibat DBD tertinggi dilaporkan terjadi pada kelompok anak-anak usia 5-14 tahun atau 45 persen dari seluruh kelompok usia.

“Anak-anak rentan terinfeksi dengue karena mereka berada dekat dengan populasi nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, waktu aktif nyamuk bersamaan dengan jadwal aktivitas anak-anak pada umumnya, yaitu pada siang hari dengan puncaknya pukul 08.00–13.00 serta 15.00–17.00.

Oleh karena itu, IDAI telah mengeluarkan rekomendasi vaksinasi dengue bagi anak-anak, yang berisi 4 antigen dari 4 serotip virus dengue. Efikasinyapun telah diteliti di 8 negara endemik dengue dengan lebih dari 28ribu sampel berusia 1,5-60 tahun.

Selain itu, tentunya kami juga mendukung penguatan semua upaya pencegahan DBD seperti penerapan program 3M Plus oleh Pemerintah, dan intervensi inovasi lainnya,” jelas Prof. Hartono.

Diskusi Publik “Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue” ()

Hal ini disampaikan dalam acara Diskusi Publik “Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue” yang diselenggarakan oleh Farid Nila Moeloek Society bekerja sama dengan Bio Farma dan PT Takeda Innovative Medicines, guna memperkuat pengendalian serta pencegahan dengue di Indonesia, 

Acara ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta, baik secara daring maupun luring, dan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan terkait.

Ketua dan Pendiri FNM Society, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. A Moeloek, Sp.M(K), mengatakan, “Acara ini kami lakukan guna mengaktivasi peran dari masyarakat dalam memperkuat langkah-langkah pencegahan DBD di tingkat terkecil, yaitu keluarga.

Sebelum kita dapat menggerakkan yang lebih besar di tingkat nasional. Apalagi, semua orang berisiko terkena DBD.

Oleh karena itu, melalui acara diskusi publik hari ini, kami melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait untuk berdiskusi dan bersama-sama mencari solusi dalam pencegahan penyakit dengue.” (*)