NOVA.id - Jakarta Doodle Fest (JDF), sebuah ajang selebrasi seni visual yang digawangi oleh media TFR News, mengumumkan kehadirannya kembali di tahun 2024 dengan tema baru: “Art to Cart”.
Tema baru ini dipilih untuk mengangkat pentingnya para seniman untuk tidak hanya berkarya, tetapi juga untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari karya mereka. Karenanya, program-program yang ditampilkan dalam JDF 2024 pun banyak yang mengangkat isu tersebut.
Di antaranya program baru JDF 2024, yaitu All The Small Things Extended.
All The Small Things (ATST) sendiri merupakan sebuah inisiatif yang digarap oleh Muklay, yang kembali berperan sebagai Art Director JDF, untuk memberikan wadah bagi para seniman untuk menampilkan karya mereka.
Tahun ini ATST edisi extended hadir sebagai bagian dari rangkaian acara JDF menuju acara puncak pada 1-3 November 2024 mendatang.
Lebih dari sekadar pameran, banyak aktivasi dan keseruan mengiringi ajang ATST Extended, di antaranya sebuah talk show bersama salah satu sponsor, yaitu DIDO, pada Minggu, 15 Juni 2024.
Talk show yang mengangkat tema #ReachYourParadise (15/6) menghadirkan sederet panelis menarik: Cherly Lim dari PT Danpac Pharma yang menaungi DIDO, Miranda Pranoto seorang seniman yang juga berpartisipasi dalam ATST Extended, dan Replay Repliy, seniman yang bukan hanya salah satu peserta pameran ATST Extended, namun juga kolaborator DIDO dalam menciptakan sebuah seri karya spesial.
Dalam acara ini, cofounder JDF dan TFR News, Christine Laifa, bertindak sebagai moderator dan mengajak panelis dan hadirin untuk berdiskusi tentang seni dan ekspresi diri, termasuk ekspresi seksual.
Karena, seks maupun intimacy tidak seharusnya menjadi hal yang tabu dalam ranah seni, karena hal tersebut merupakan bagian penting dari pengalaman seorang manusia dalam relasinya dengan orang lain maupun diri sendiri.
Bahkan, ekspresi seksual bisa memberikan inspirasi bagi seniman untuk berkarya.
Menurut Cherly, ada benang merah antara DIDO dan seni, yang sama-sama membutuhkan imajinasi dan eksplorasi.
Baca Juga: Jalan-Jalan ke Museum Macan Gratis! Begini Cara Dapat Tiketnya
“Saya sempat mengobrol dengan Refli (Replay Repliy) juga, dia cerita bahwa sebelum membuat suatu karakter, dia sudah lebih dulu melakukan eksplorasi dan observasi. Jadi sebenarnya sama-sama butuh imajinasi dan DIDO sadar bahwa setiap orang butuh eksplorasi diri sendiri. Makanya kita bergabung dalam kolaborasi ini,” ujarnya lebih lanjut.
Terkait tema #ReachYourParadise, Miranda menyampaikan bahwa ‘paradise’ baginya bukanlah suatu tempat, tapi suatu perasaan di mana ia bisa menjadi diri sendiri, merasa dihormati, dan didengar.
“Selama ini eksplorasiku melalui buku, sastra, seni. Untuk mencapai paradise itu, kita harus sadar bahwa kita harus merasa aman pada diri kita sendiri. Untukku paradise itu berada di tempat di mana aku merasa aman,” jelasnya.
Untuk pameran ini, Miranda memamerkan karyanya yang mengangkat isu intimacy, “Aku seorang pelukis dan aku mempersembahkan dua karya. Salah satunya merupakan series “Intimacy Issues” yang aku pamerkan di sini. Dalam berkarya, aku eksplor tema keakraban, keindahan, atau keburukan. Dan aku tertarik dengan tema human behavior dan human relationships.”
Sementara itu, Replay Repliy membuat satu seri karya kolaborasi khusus dengan DIDO, “Aku memamerkan empat karya yang merepresentasikan love toys milik DIDO.
Karya ini merupakan hasil imajinasi bagaimana kalau DIDO menjadi suatu karakter yang nyata dan hidup.
Keempatnya memiliki karakter dan bentuk berbeda yang kemudian aku visualisasikan menjadi karya,” jelasnya.
Baginya yang baru pertama membuat karya terinspirasi dari love toys, tentu ada tantangan tersendiri.
“Kemudian aku berpikir bagaimana kalau aku bikin mainan ini jadi karakter. Nah, buat nentuin masing-masing karakternya, aku harus tau fitur-fiturnya. Setelah dikirim produknya, barulah dari situ imajinasiku mulai bermain.
Kalau dia jadi temen gue gimana? Seperti apa karakter mereka? Jadi aku visualisasikannya berdasarkan itu,” jelas Replay Repliy.
DIDO sendiri berharap bahwa isu intimacy baik dalam konteks relationship maupun dengan diri sendiri tidak lagi menjadi hal yang tabu ke depannya.
“Di Indonesia itu surprisingly demand love toys itu banyak. Cuma memang kami menyayangkan bahwa belum banyak media atau sarana yang encourage mereka untuk berani eksplorasi, tapi tetap sesuai dengan koridor di masyarakat. Jadi kami sangat berharap edukasi seksual di Indonesia lebih banyak, terutama dari ahlinya, untuk mengedukasi mulai dari hal kecil,” tambah Cherly.
Sebagai penutup, Cherly menyampaikan bahwa cakupan intimacy itu luas, “DIDO juga tidak melulu tentang seks, tetapi juga kesehatan perempuan. Makanya kita rilis produk lain seperti heating patch sampai menstrual cup, yang ini juga masih sering dianggap tabu,” ujarnya.
ATST Extended yang memamerkan karya Miranda dan Replay Repliy masih berlangsung sampai 8 Juli 2024 di Artloka, Wisma GEHA, Jakarta.
Lengkanya, deretan seniman yang ikut memeriahkan ATST Extended adalah Ahadi Bintang, Aliefya Stann, Arfie, Diana Rikasari, Ermisa, Irfan Hore, Isa Indra Permana, Jaimee Maulana, Jul Hendri Steven, Marrsudi, Miranda Pranoto, Muhiqballs, Muna Diannur, Mustafa Kamal, Naela Ali, Onkogx, Rei Fahrej, dan Wickana Laksmi Dewi.(*)