Pele-Mele: Harmonisasi Tenun Badui dan Sumba dari Eddy Betty

By nova.id, Senin, 27 Oktober 2014 | 05:38 WIB
Pele Mele Harmonisasi Tenun Badui dan Sumba dari Eddy Betty (nova.id)

TabloidNova.com - Berada di bawah lini Edbe, desainer Eddy Betty bersama rekan bisnisnya, Ley Sandjaja, menampilkan rancangan yang menonjolkan kreativitas, gaya, dan potongan berdetail rumit pada peragaan busana bertajuk "Pele-Mele" di IPMI Trend Show 2015, di Jakarta Convention Center, Jumat (24/10).

Menurut bahasa Perancis, Pele-Mele diartikan sebagai penyatuan sesuatu yang berbeda atau mencampuradukkan sesuatu. Tema ini sendiri sebagai inspirasi dalam menyusun patchwork atau memadumadankan tekstur berbeda menjadi sebuah harmoni. Koleksi Edbe kian mencolok di kala sebagian desainer lainnya tetap menawarkan busana bergaris feminin seperti gaun serta cocktail dress.

Iringan musik serta gendang mengawali show desainer yang telah berkarya selama dua dekade tersebut. Aksesori yang menutupi hampir seluruh muka kreasi Rinaldy A Yunardi menyedot perhatian mata para pengunjung. Kesan subtil, otentik, serta akulturasi budaya modern kontemporer kian terasa ketika kemunculan koleksi lain yang didominasi oleh material denim.

Di tangan sang perancang, kesan jins atau denim yang universal nampak lebih Asiatis, bahkan sangat Indonesia saat dipadukan dengan tenun. Dasar pemilihan tenun Badui dan Sumba karena memiliki keunikan tersendiri, serta cukup mudah untuk diolah menjadi ragam model.

Tenun Sumba berserat padat dengan karakter yang kaku, serta motif corak rupa cenderung berwarna tersier gelap, sehingga cocok dipadukan dengan bahan jins yang tebal. Sedangkan tenun Badui berwarna lebih modern bersifat komplementer seperti hijau telor asin, oranye menyala, biru terang, kuning stabile. Sayangnya, tenun Badui berserat renggang dan mudah susut jika dicuci. Konsep deskontruktif, bebas, kasual, rileks, bervolume, ringan, serta unik tercermin dalam 48 busana wanita. Edbe tidak hanya bermain gaya patchwork, namun juga menganut konsep high-tailoring, disertai kerumitan teknik jahit. Hal ini bisa dilihat dari rok bercelemek, celana model harem berukuran ¾ dan 7/8, jumpsuit, blus, terusan dress, hingga mantel.

Tak hanya nuansa Indonesia yang dihadirkan oleh label kedua desainer pemenang kompetisi desain mode oleh Sarinah Magazine tahun 1989 ini, tetapi juga aura Asia, terutama Jepang. Kerah model kimono, sabrina, turtle, cowl, kelasi, dan bertha semakin cantik kala berpadu alas kaki model kelom dan wedges.

Ridho Nugroho Foto-foto: Daniel Supriyono