Songket Sebagai Karya Mode Dunia di Tahun Mendatang

By nova.id, Selasa, 23 Desember 2014 | 09:39 WIB
Songket Sebagai Karya Mode Dunia di Tahun Mendatang (nova.id)

TabloidNova.com - Masih merayakan Hari Songket Nusantara yang jatuh pada tanggal 19 Desember 2014 lalu, songket pun diharapkan kian dikenal luas layaknya sebuah kain adat yang menjadi bagian dari karya mode. Berangkat dari warisan budaya serta harapan agar songket terus dilestarikan oleh generasi penerus, maka Yayasan Mahligai Songket sebagai salah satu pemerhati dan pecinta songket terus melakukan segenap upaya menjadikan songket sebagai karya mode dunia di tahun mendatang.

Nandi Pinta Ilham, Ketua Yayasan Mahligai Songket, memaparkan informasi soal perbedaan antara kain songket untuk kebutuhan adat dan untuk mode. Menurutnya hal ini penting diketahui bagi para pengrajin songket terutama untuk para pembina demi terwujudnya songket untuk pemenuhan kebutuhan pasar.

"Songket yang berkualitas memang turun-temurun dan tidak mudah terbakar karena dibuat dari emas, tembaga atau baja. Yang berbeda adalah ukuran alat tenun untuk songket adat dan mode, yakni rentangannya. Umumnya songket mode berkisar 2 meter untuk kombinasi pakaian" jelas Nandi.

Revitalisasi songket tengah digalakkan oleh Yayasan yang baru berdiri beberapa bulan tersebut dan dibantu oleh pemerintah, namun usaha Nandi bersama rekan lainnya ternyata menemui berbagai kendala. "Pendekatan ke setiap daerah itu tidak gampang dan butuh cara khusus, sekarang kami sedang menyiapkan formula atau model agar bisa kembali mendukung pelestarian songket secara global" demikian ujar Nandi.

Yayasan Mahligai Songket bukan satu-satunya platform anak bangsa yang memimpikan songket menjadi bagian dari karya mode dunia. Miranda dan Iswandi, penggiat songket asal Minang, Sumatra Barat juga tengah giat mempromosikan songket kontemporer kepada masyarakat luas. Diakui Miranda dan Iswandi, ada sejumlah aspek yang harus diperhatikan demi meningkatkan eksistensi songket Minangkabau di tengah maraknya persaingan global saat ini.

Di antaranya ada muatan budaya, orisinalitas, pengadaan material, penguasaan teknologi serta pewacanaan songket sebagai karya seni berkualitas dan eksklusif.

"Industrialisasi songket ada karena mengejar kebutuhan pasar sehingga motif songket lama yang rumit dan sarat makna tergantikan motif instan dan ornamentatif. Diperlukan aksi menghidupkan kembali motif tradisi lama agar nilai filosofis tetap terjaga" ungkap Iswandi.

Sejak dulu pembuatan dan pemakaian songket tersebar luas di Minangkabau, seperti di wilayah Canduang, Pitalah, Padang Megek, Batusangkar, Koto Gadang, Payakumbuh, Batipuh dan Muara Labuh. Setiap daerah tersebut memiliki ragam hias, teknik pembuatan dan fungsi pemakaian yang khusus. Miranda juga berujar bahwa penyebab harga songket terbilang mahal selain karena proses pembuatannya yang rumit serta sulitnya mendapatkan material berkualitas di dalam negeri, contohnya benang sutra dan benang makau yang tinggi pajak impornya.

"Dibutuhkan dukungan pemerintah untuk pengadaan bahan dan alat yang mumpuni dan berkualitas karena songket adalah karya artistic yang dibuat oleh penguasaan teknis, komposisi serta perhitungan matematis yang cermat" tutup Miranda.

Ridho Nugroho

Foto-foto:Agus Dwianto/NOVA