Pengguna Lensa Kontak Warna Mayoritas Usia Remaja

By nova.id, Rabu, 15 April 2015 | 08:36 WIB
Pengguna Lensa Kontak Warna Mayoritas Usia Remaja (nova.id)

TabloidNova.com - Lensa kontak merupakan salah satu barang komplementer bagi kaum urban sekarang ini. Bukan hanya dari fungsinya sebagai alat rehabilitasi, melainkan juga sebagai pelengkap gaya bagi banyak orang.

Mengulik tren lensa kontak warna yang hadir sekitar 10 tahun lalu, kini penggemar lensa kontak pun semakin dimanjakan oleh banyak varian warna, jenis, dan modelnya. Apalagi, sekarang pengguna lensa kontak warna mayoritas usia remaja, seperti yang dipaparkan oleh Cheni Lee OD, Fiacle dari Johnson & Johnson, sekaligus ahli lensa kontak se-Asia Tenggara.

"Sebenarnya lensa kontak bukanlah hal baru, namun 20 tahun lalu lensa kontak warna tidak diminati. Kini, seiring tren fashion dan penampilan jadi mulai banyak peminatnya, terutama kelompok usia remaja atau ABG," ungkapnya dalam talkshow "Prioritaskan Kesehatan dan Keindahan Mata dengan Memilih Lensa Kontak yang Tepat", di Restoran Bebek Bengil, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (15/4).

Pengguna Lensa Kontak Warna Mayoritas Usia Remaja (nova.id)
Pengguna Lensa Kontak Warna Mayoritas Usia Remaja (nova.id)

"Cheni Lee OD, Fiacle dari Johnson & Johnson, ahli lensa kontak se-Asia Tenggara. "

Hal ini akhirnya mengundang pertanyaan, apakah sebenarnya terdapat batasan pengguna lensa kontak sesuai peraturan medis atau tidak? Pasalnya, kebanyakan pasien yang datang membawa keluhan akibat lensa kontak adalah para remaja dengan kisaran usia antara 12 hingga 17 tahun. Seperti yang dibeberkan oleh dr. Yulia Aziza SpM, Humas Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) pada TabloidNova.com.

"Tidak ada batasan usia seseorang memakai lensa kontak, yang penting ia bisa menjaga higienitas lensa kontak miliknya. Umumnya pasien yang dirujuk ke RSCM karena sudah mengalami komplikasi atau keluhan tingkat lanjut karena keliru memakai atau memilih lensa kontak. Fenomena ini dikarenakan tidak adanya pengawasan dan pendampingan dari orangtua mengenai edukasi perawatan lensa kontak," jelasnya.

Dodi dan Cheni juga menambahkan, kondisi ini dapat terjadi karena masyarakat asal memilih dan memakai lensa kontak tanpa saran dan rujukan dari dokter ahli atau refraksionis optisien yang berkompeten.

"Masyarakat terutama remaja asal membeli saja, seperti produk lensa kontak yang dijual bebas tanpa izin dari Kementerian Kesehatan seharga Rp 25.000 yang bisa Anda temukan di mana saja. Sekarang ini malah banyak orang membeli atau memesan lensa kontak di toko online," tutup Dodi.

Ridho Nugroho

FOTO: WEBMD