Pernah Kejang dan Kini Belum Bisa Bicara

By nova.id, Jumat, 27 Januari 2012 | 23:01 WIB
Pernah Kejang dan Kini Belum Bisa Bicara (nova.id)

Putra semata wayang saya yang kini berusia 4 tahun belum juga pandai bicara. Hanya kalau terpaksa minta minum dia bilang, "mum", dan kalau menangis sering panggil, "mama." Itu juga hanya spontan saja, karena saya sedang bekerja di toko, sehingga tak ada di sisinya. Sebagai informasi, suami saya belum bekerja kembali setelah kontraknya habis.

Anak saya yang lahir dengan BB 2900 gr dan PB 45 cm, sekarang BB-nya 30 kg dan TB 72,5 cm. Sehari-hari, ia tinggal dengan nenek dan kakeknya di rumah. Ia tidak diperbolehkan main di luar rumah, cukup di dalam. Lama-kelamaan dia jadi nakal, segala mainannya dirusak, dan menjerit-jerit, tapi kami tidak mengerti kata-katanya.

Pada usia 3,5 tahun, dia sakit buang-buang air besar selama 2 minggu. Karena waktu itu saya hentikan susu formulanya (dari lahir dia tidak minum ASI), setelah sembuh dia tidak mau lagi minum susu sampai sekarang. Juga waktu usia 3 tahun, dia pernah panas tinggi sampai kejang-kejang. Setelah diberi pengobatan tradisional, dia sembuh.

Juga, kalau minum air putih dia tidak mau sedikit, sehingga kalau kencing lamanya sampai kurang lebih 5 menit. Akhirnya anak saya diurut, takut kalau-kalau menderita hernia, tapi tetap saja dia kencing terus setelah minum air putih banyak. Kesimpulannya, bagaimana supaya anak saya bicaranya baik dan benar?

Irma - Jakarta

Mengingat sampai usia 4 tahun putra Ibu belum dapat berbicara dan pernah mengalami panas tinggi yang diikuti dengan kejang-kejang, maka sebaiknya segera bawa dia ke Bagian Ilmu Tumbuh Kembang Anak. Ibu dapat mengunjungi beberapa rumah sakit, antara lain RSAB Harapan Kita, RSCM atau rumah sakit lain yang lokasinya berdekatan dengan rumah Ibu. Di Bagian IlmuTumbuh Kembang Anak, putra ibu akan mendapatkan penanganan terpadu dari para dokter spesialis anak sehingga penanganannya juga akan lebih tepat. Untuk penyakit seperi panas yang disertai kejang perlu dipantau terus karena dikhawatirkan akan muncul kejang berikutnya. Mengenai buang air kecil yang berlangsung sekitar 5 menit, dapat Ibu konsultasikan juga ke dokter spesialis anak.

Ibu juga perlu melakukan konsultasi ke psikolog guna mencari tahu mengapa putra Ibu mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara. Apakah hanya sekadar perkembangan bicaranya yang terlambat atau ada gangguan lain seperti gangguan perkembangan, keterbelakangan mental dan sebagainya.

Salah satu klinik psikologi anak yang dapat Ibu kunjungi adalah di Bagian Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi UI, Kampus UI, Depok. Telepon yang dapat dihubungi adalah 786 8280 pesawat 1302, antara jam 08.00-15.00. Biaya untuk konsultasi adalah Rp 100.000 untuk satu paket pemeriksaan (sampai selesai).

Dengan diketahuinya gangguan yang dialami anak, maka dapat dilakukan penanganan yang tepat. Salah satu di antaranya adalah mengikuti terapi wicara yang terdapat di klinik tertentu atau di beberapa rumah sakit. Ibu juga akan mendapat pengarahan mengenai tindakan lain yang perlu dilakukan di rumah dan di luar rumah.

Bila kemampuan bicara anak tidak segera ditangani, maka perkembangan kecerdasan, emosi, dan sosialnya akan terganggu. Anak menjadi rendah diri, mudah marah dan kecewa sebab orang lain tidak memahami apa keinginannya. Gangguan bicara juga menjadi kendala saat dia harus mengikuti pendidikan. Sementara teman-teman sebayanya sudah lancar berbicara, belajar menulis, membaca, putra Ibu akan ketinggalan.

Kemampuan berteman dengan teman sebaya akan terhambat sebab ia sulit berkomunikasi dengan anak lain. Teman-temannya tidak paham apa yang ia katakan dan sebaliknya ia sulit mengemukakan apa yang ia inginkan.

Sebaiknya putra Ibu jangan dikurung di rumah, ia harus berbaur dengan anak lain agar belajar bersosialisasi, sering mendengar ucapan-ucapan anak lain. Bila ia di rumah hanya dengan kakek neneknya, maka ia menjadi bosan sebab kakek-nenek kurang seru untuk diajak main, apalagi bila mereka tidak lagi selincah orang muda dan banyak melarang. Maka tidak heran bila putra Ibu sering menjerit-jerit.

Sekian dulu penjelasan yang dapat diberikan dan hendaknya Ibu bertukar pikiran dengan suami dalam rangka menangani si kecil. Minta pada suami agar ia ikut turun tangan mengasuh dan mengajak anak bermain dan berbicara.