Maunya Bubur Terus

By nova.id, Sabtu, 29 Oktober 2011 | 23:36 WIB
Maunya Bubur Terus (nova.id)

Anak saya (18 bulan), sejak usia 4 bulan dikenalkan dengan biskuit yang dicampur susu. Pertama kali, saya beri makanan tersebut satu sendok, disusul air putih satu sendok supaya dia bisa menelan. Sampai usia 8 bulan, saya coba beri tim blender. Sejak usia 11 bulan, saya berikan bubur campur.

Karena sudah terbiasa makan makanan seperti itu, sampai sekarang bila diberi makan nasi, kuah, sayur, dia tak mau mengunyahnya. Malah, disemburkan. Bila saya beri bubur, maunya begitu satu sendok bubur masuk ke mulut, satu sendok air juga harus masuk. Baru dia menelannya tanpa mengunyah makanan tersebut.

Saya jadi cemas dan takut gizinya kurang. Apalagi, BB-nya saat ini kurang dari BB standar. Sebagai informasi tambahan, sejak usia 7 bulan ia didiagnosa sakit TBC, dan mendapat pengobatan selama 9 bulan. Bagaimana caranya mengubah kebiasaan makannya itu?

Syamsiati - Jakarta

Makan adalah suatu keterampilan yang harus dipelajari. Secara tak sadar, seorang bayi mempelajari keterampilan makan sejak lahir dengan mengetahui cara mengisap ASI atau mengisap susu formula melalui dot. Selanjutnya keterampilannya berkembang sesuai kemampuan motoriknya serta rangsangan atau stimulasi yang diberikan oleh pengasuhnya. Contoh, saat bayi senang bereksplorasi dengan memasukkan segala benda ke mulutnya, saat itu paling tepat untuk mengenalkan makanan pendamping ASI seperti bubur susu atau nasi tim saring yang secara bertahap ditingkatkan teksturnya menjadi lebih kasar, bahkan jadi nasi lembek.

Mengembangkan keterampilan mengunyah tersebut tentu saja perlu waktu. Misal, bayi yang belum mengenal tekstur makanan kasar seperti daging atau sayuran akan memerlukan beberapa kali pemberian sampai terampil mengunyah serta menelannya tanpa muntah. Hal ini sering disalah-artikan oleh ibu/pengasuhnya sebagai belum mampu mengkonsumsi makanan dalam bentuk kasar, hingga bayi kembali diberi makanan dalam bentuk cair/ disaring.

Fase kritis untuk mengenalkan keterampilan mengunyah adalah usia 6-9 bulan. Setelah usia tersebut biasanya akan lebih sulit mengajarkannya. Apalagi sesudah usia 1 tahun, karena sesuai fase perkembangannya, si kecil jadi lebih suka bereksplorasi dengan kemampuan barunya seperti berjalan. Hingga, makan tak menjadi perhatian utamanya kecuali variasi bentuk serta rasanya menarik. Jika keterampilan makan si anak masih sebatas mengkonsumsi makanan dalam bentuk cair/halus, tentu saja menyulitkan dalam menyiasati variasi makanan yang diberikan.

Melatih keterampilan makan sesudah usia 1 tahun seperti halnya putra Ibu, meskipun agak sulit, dapat dibantu dengan beberapa cara, misal, memberikan jenis makanan yang bisa dipegang dan dikunyah sesuai kemauannya (finger food). Selain itu, mengingat kenaikan BB-nya tak adekuat perlu diteliti lebih lanjut kemungkinan ada kekurangan zat-zat mineral seperti zat besi atau seng yang dapat mempengaruhi saraf pengecapan dan mengurangi selera makan. Untuk ini kami anjurkan Ibu mengkonsultasikan si kecil pada dokter spesialis anak yang mendalami bidang gizi.