TabloidNova.com - Kegagalan kerap dianggap sebagai akhir dari segalanya bagi kebanyakan orang. Tak pelak, kegagalan sering berujung pada penyesalan yang tidak berkesudahan, serta kondisi mental yang rapuh sehingga sulit untuk kembali melanjutkan kehidupan.
Psikolog Ratih Ibrahim mengungkapkan, batal menikah secara tak langsung berakibat pada penurunan drastis rasa percaya diri dan penghargaan terhadap diri sendiri. Selain itu, gagal menikah sangat berkorelasi dengan kecenderungan seseorang memilih calon pasangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya. Terkadang malah sudah mengetahuinya, tapi tetap memaksakannya dengan alasan jatuh cinta.
Senada dengan Ratih Ibrahim, dalam kacamata psikolog Ayoe Sutomo, batal menikah merupakan salah satu proses seseorang dalam satu tahapan atau kegiatan yang mengartikan pembelajaran hidup. Menurutnya, dalam memaknai sebuah kegagalan, ada dua pilihan bagi yang mengalaminya, yaitu terpuruk atau bangkit.
"Pilihan yang sangat personal bagi seorang individu ketika dihadapkan pada sebuah kegagalan. Di mana proses memilih sesungguhnya dipengaruhi oleh dukungan dari lingkungan atau figur penting yang ada di sekitar individu yang mengalaminya," jelas Ayoe pada TabloidNova.com.
Ayoe pun menambahkan, rasa malu biasanya yang paling utama mengiringi ketika seseorang batal menikah. Tidak hanya perempuan, pria pun pasti merasakan yang sama. Diakui Ayoe, penyebab rasa malu ini adalah faktor budaya.
Budaya ketimuran cenderung melibatkan banyak orang dan anggota keluarga dalam proses persiapan pernikahan, sehingga gagal menikah menjadi tekanan tersendiri bagi seseorang yang mengalaminya.
"Diperlukan dukungan orang terdekat untuk penguatan positif. Sebaiknya, hindari pernyataan atau ucapan yang bersifat menyalahkan dan memojokkan, tapi beri dukungan moril yang bersifat kooperatif," tutup Ayoe.
Ridho NugrohoFOTO: CHATELAINE