6 Hal Penting Saat Membesarkan Anak Penyandang Difabel

By nova.id, Senin, 1 Juni 2015 | 09:11 WIB
6 Hal Penting Saat Membesarkan Anak Penyandang Difabel (nova.id)

TabloidNova.com - Sejatinya, anak adalah anugerah dari Sang Pencipta dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Namun, ada anak yang dilahirkan dengan keterbatasan mental maupun fisik atau yang biasa disebut anak penyandang difabel atau anak berkebutuhan khusus (ABK).

Sekilas soal difabel, orangtua umumnya mengetahui kondisi anaknya ketika lahir dan setelahnya. Tanda-tanda kemungkinan terjadinya difabel bisa diperhatikan lewat tanggapan terhadap suara, sentuhan, kontak mata, dan terhadap orang sekitarnya. Pemeriksaan kesehatan rutin akan membantu mengidentifikasi ada atau tidaknya kelainan difabel pada anak.

Buku berjudul Menjadi Orangtua Pintar karangan Ella Yulaelawati, memaparkan secara jelas bagaimana cara merawat anak penyandang difabel di dalamnya. Perempuan yang bekerja di pusat kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia tersebut berbagai solusi bagaimana membesarkan anak penyandang difabel.

Ella mengatakan bahwa kondisi berbeda pada fisik dan mental anak seringkali memunculkan perlakuan yang berbeda, bahkan cenderung negatif. Ditambah kekhawatiran akan pandangan masyarakat yang justru membuat orangtua atau keluarga merasa bersalah, malu, atau takut karena anggapan anak difabel akan menjadi beban di masa depan.

Kenyataannya, tentu tidak demikian. Berikut cara mendampingi anak penyandang difabel yang dapat Anda mulai terapkan sekarang juga:

Pertama, penuhi hak-hak kewarganegaraan anak penyandang difabel. Baik itu akta kelahiran, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan hak-hak warga negara lainnya.

Kedua, ikut sertakan anak penyandang difabel dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Anak penyandang difabel harus diberi kesempatan bergaul dan berinteraksi serta bermain dengan anak lainnya.

Ketiga, tumbuh-kembangkan bakat anak penyandang difabel secara holistik, karena setiap anak memiliki kecakapan dan keterampilan tertentu yang harus dieksplorasi, misalnya bakat menggambar, bermain musik, dan sebagainya.

Keempat, kasih sayang dan pengasuhan seperti jangan memaksa anak melakukan sesuatu dan amati setiap tahap perkembangan anak penyandang difabel.

Kelima, biarkan anak penyandang difabel bermain dan belajar bersama anak lain yang lebih muda usianya tapi pada tahap perkembangan yang sama. Jangan lupa untuk mendorong kemampuan mandiri anak dengan melakukan sendiri berbagai aktivitasnya.

Keenam, sesuaikan kondisi rumah dengan keadaan anak sebisa mungkin. Lakukan berbagai perubahan untuk membantu anak penyandang difabel menikmati kehidupan di rumah secara normal.

Ridho NugrohoFOTO: activeforlife