Tabloidnova.com - Saat ini, penyandang autis tampaknya semakin bertambah jumlahnya setiap tahunnya. Namun sayangnya, masih banyak orangtua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus (ABK) termasuk penyandang autis yang menutup diri dari lingkungannya, karena merasa malu.
Hal ini mestinya tak boleh terjadi. Sebab anak-anak berkebutuhan khusus termasuk autis harus dapat bersosialisasi dengan lingkungannya selain dengan keluarganya, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di masa depannya.
Selain bermain di lingkungan rumah, anak berkebutuhan khusus termasuk autis juga wajib diperkenalkan pada permainan luar ruang di alam terbuka, terlebih lagi dengan kondisi udara yang masih segar.
Berbagai games petualangan di luar ruang dapat merangsang syaraf-syaraf motoriknya, melatih cara komunikasinya, meningkatkan keberanian dan keterampilannya, serta belajar bekerja sama dalam sebuah tim.
Dalam rangka ikut memperingati Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 2 April lalu, Kampoeng Maen, yang merupakan produk dari PT Caldera Indonesia, yang berkonsentrasi pada pendidikan anak dengan cara mengajak anak bermain di alam, pada akhir pekan lalu mengadakan acara CSR bertajuk "Autism Day".
Autism Day ini diadakan melalui acara bermain bersama anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) termasuk autis, sekaligus berbagai bersama orangtua dengan menghadirkan pembicara Muhammad Arifin MPsi, psikolog dan praktisi untuk anak-anak spesial atau berkebutuhan khusus.
Arifin mengungkap tips bagi orangtua yang bekerja dan hanya dapat bertemu dengan anaknya dalam jangka waktu yang pendek setiap harinya di rumah. Arifin mengatakan, "Tak mungkin Tuhan memberikan anak istimewa kepada orangtua biasa." Namun demikian, tetap diperlukan konsistensi nilai-nilai yang ditanamkan orangtua di rumah, selain nilai yang ditanamkan para guru di sekolah anak..
"Cukup lakukan selama 7-14 hari sebagai permulaan, sehingga anak bisa menjadi lebih disiplin. Caranya, pilihlah kebutuhan anak yang paling utama atau menjadi prioritas. Kemudian sisihkan waktu ayah dan ibu selama 30 menit per hari secara konsisten bersama anak untuk melatih kebiasaan baik kepada anak, terutama anak-anak spesial," papar Arifin.
Jika anak sudah mampu berkomunikasi dengan baik atau dengan kata lain dapat mengutarakan keinginannya kepada orang lain, lanjut Arifin, anak berkebutuhan khusus dapat dilatih untuk menguasai keterampilan yang sangat disukainya.
"Misalnya, anak suka sekali menonton acara teve bertema otomotif, maka ajaklah anak untuk mengenal mobil dan onderdilnya secara lebih nyata, bukan hanya di dalam imajinasinya saja," papar Arifin lagi.
Sudah banyak terbukti, kata Arifin, anak berkebutuhan khusus yang mendalami bakatnya justru dapat menggunakan keterampilannya itu untuk bersiap di dunia nyata di saat ia sudah dewasa. "Seperti anak yang memiliki bakat di bidang interior desain, dia akan mampu membuat restoran berkonsep Formula One."
Sayangnya, ujar Arifin, banyak anak berkebutuhan khusus ternyata tak punya mimpi, karena mereka tidak mengerti bagaimana memilikinya. Maka, tugas orangtua lah yang wajib membimbing anak berkebutuhan khusus untuk miliki mimpi dan meraihnya.
"Kesabaran adalah kunci bagi para orangtua dengan anak berkebutuhan khusus, agar anak-anak berkebutuhan khusus ini dapat terus bekembang dan menjadi yang terbaik nantinya, melalui mimpi yang mereka miliki."
Intan Y. SeptianiFOTO: DOK. PT CALDERA INDONESIA-KAMPOENG MAEN