Tidak Suka Mainan

By nova.id, Senin, 11 Oktober 2010 | 17:05 WIB
Tidak Suka Mainan (nova.id)

Saya ibu dari seorang anak laki-laki berumur 9 bulan. Anak saya sehat dan lincah, beratnya 10,5 kg. Walaupun bekerja, saya masih memberikan ASI pada sore hingga menjelang pagi. Bayi saya juga tidak sulit makan atau minum susu. Di usia 5 bulan dia sudah belajar merangkak. Tujuh bulan sudah belajar berdiri dengan berpegangan. Sekarang di usia 9 bulan dia sudah bisa berdiri tanpa berpegangan.

Tetapi Bu ada satu hal yang agak mengganggu pikiran saya. Sejak mulai bisa memegang benda, anak saya tidak tertarik pada mainan. Saya berikan mainan untuk anak laki-laki seperti mobil-mobilan, bola, boneka binatang atau mainan bunyi-bunyian, dia tidak pernah tertarik. Justru dia senang bermain dengan pakaian-pakaiannya. Kain-kain yang sudah disetrika selalu diacak-acak. Setiap ada kesempatan, pasti langsung merangkak menuju dapur dan mengambil tutup panci. Dia juga tertarik dengan payung atau tas saya.

Semula saya pikir itu hal yang biasa, tetapi ibu mertua saya berkomentar, "Anak laki-laki kok suka mainan baju-baju, seperti anak perempuan. Mudah-mudahan tidak bencong nantinya". Wah..... saya sangat kaget dengan komentar tersebut. Pertanyaan saya, apakah komentar ibu mertua saya itu ada benarnya? Apakah bakat kewanita-wanitaan (maaf, banci) dapat terlihat sejak bayi? Bagaimana mengenalinya dan cara mengarahkan supaya tetap tumbuh normal hingga dewasa?

MM ­- Jakarta

Ibu MM, kelihatannya perkembangan motorik putra Ibu termasuk cepat, namun selanjutnya amati perkembangan bicaranya, apakah ia sudah mulai mengucapkan kata-kata sederhana (papa, bu, mama, mimi, mam.., misalnya) atau sering mengoceh ..."mama... tata... dada...papa...". Tidak usah cemas, dari cerita Ibu, si buyung sangat normal dan tidak kewanita-wanitaan. Tidak semua anak suka dengan mainan yang diproduksi oleh pabrik. Semua benda yang ada di sekitar anak bisa dijadikan mainan, termasuk pakaian, peralatan dapur, dan lainnya. Mengapa ia lebih suka dengan baju-bajunya, peralatan dapur, tas Ibu, payung dan lainnya? Karena bagi dia, benda-benda itu lebih menarik untuk dimanipulasi, baju diacak-acak, tutup panci dipukul-pukul ke lantai hingga berbunyi. Dari kegiatan ini dia belajar bahwa ada sesuatu yang bisa dia perbuat terhadap benda-benda tersebut. Selanjutnya Ibu dapat memanfaatkan barang yang ada di rumah untuk dia mainkan. Melalui benda-benda tersebut Ibu dapat mengembangkan beberapa kemampuan pada anak.

Di usianya sekarang ini, suruhlah memasukkan baju ke tempat tertentu untuk kemudian dikeluarkan lagi. Dari sini ia belajar hubungan sebab-akibat. Wadah akan kosong bila baju dikeluarkan dan akan terisi lagi bila baju dimasukkan ke wadah. Di usia 1 tahunan, cobalah memancingnya untuk mengelompokkan baju berdasarkan corak. Yang bercorak ditaruh di satu tempat dan yang polos di tempat lain. Setelah ia mengenal warna (membedakan warna, tidak harus bisa menyebut warna) suruhlah mengelompokkan baju berdasarkan warna yang sama. Dari kegiatan ini anak belajar melakukan pengelompokan yang merupakan cikal-bakal berkembangnya logika anak.

Bermain dengan peralatan dapur, berikan panci dengan 2 ukuran dilengkapi tutupnya. Suruhlah anak melakukan eksperimen, tutup mana yang pas untuk dipasangkan ke panci yang sesuai. Melalui pengalaman tersebut anak belajar konsep bentuk dan juga hubungan sebab akibat. Tutup panci yang kecil tidak dapat menutupi panci yang besar, sedangkan bila tutupnya terlampau besar, tidak dapat menutup panci kecil dengan sempurna.

Latihlah anak untuk mengerti aturan, misalnya saja baju yang baru disetrika bukan untuk dimainkan, ia hanya boleh mengacak-acak baju yang akan dicuci. Baju milik orang dewasa yang ada di rumah pun bisa digunakan. Tas Ibu boleh dimainkan, asalkan tidak mengacak-acak isinya. Berikan tas lain yang sudah tidak dipakai dan isilah dengan dompet bekas, kertas dan lain lain karena anak usia ini sangat menyukai kegiatan bermain "mengisi dan mengosongkan".

Terakhir, tidak berarti bila anak laki-laki suka memainkan boneka, suka masak, maka ia akan menjadi banci. Sebaliknya anak perempuan pun demikian, tidak berarti bila ia suka memanjat, bermain bola, pistol-pistolan maka ia akan menjadi tomboi pula. Saya mengenal seorang model yang waktu kecilnya lebih suka permainan yang bersifat kelaki-lakian dan ternyata setelah remaja dan dewasa ia menjadi model yang cantik, sangat kewanitaan.

Jangan risau lagi ya Bu (juga para ibu yang lain), dan jelaskan pada mertua Ibu bahwa kekhawatirannya terlalu berlebihan.