Putra saya (22 bulan) mulai bisa berjalan di usia 15 bulan dan mulai memanggil mama/papa di usia 10 bulan. Menurut artikel yang saya baca, rentang 12-18 bulan seharusnya anak sudah bisa mencerna dan meniru kata-kata yang dibicarakan, meski hanya akhirannya saja. Bila terlambat bicara, perlu diwaspadai anak mengalami gangguan pendengaran atau autisme.
Berdasarkan pengamatan, anak saya bukanlah penyandang autisme atau yang mengalami gangguan pendengaran. Bila dipanggil menengok, ada kontak mata. Yang saya khawatirkan, mengapa di usia ini dia belum fasih berbicara padahal tiap hari saya selalu mengajaknya berbicara, bahkan sering diulang-ulang tapi tetap yang dikuasainya hanya ga-ga-ga atau ka-ka-ka. Yang saya mengerti waktu bicara mama, papa, mamam, sedang yang lainnya tidak dapat dimengerti.
Kadang kalau menunjuk sesuatu lalu kita tidak mengerti, dia langsung menangis dan menghentakkan kaki. Bu, bagaimana caranya agar dia bisa lancar berbicara, karena dia selalu menghindar kalau saya ajak bicara? Apakah anak saya termasuk hiperaktif, karena setiap kali berkumpul dengan anak-anak lain di sekolah, dia tidak bisa diam, bahkan juga di rumah.
Susanty - Tangerang
Ada beberapa info penting yang disampaikan mengenai putra Ibu. Pertama, sampai usia 22 bulan kosa kata yang diucapkan masih terbatas, padahal sudah sering Ibu ajak berbicara. Kedua, tidak mengalami gangguan pendengaran ataupun autisme. Ketiga, konsonan yang menggunakan gerak bibir depan (mama, papa) tidak bermasalah tetapi ketika menyebut konsonan "g", "k", dan mungkin juga konsonan lainnya belum bisa membentuk kata yang berarti. Keempat, ada dugaan dari Ibu bahwa dia hiperaktif, kalau benar demikian, maka konsentrasi untuk mempelajari kosakata baru dan lain-lain, terpecah sehingga sekalipun Anda sudah sering mengajaknya berbicara, tetap saja belum terlihat kemajuannya. Saya tidak dapat menentukan apakah dia hiperaktif atau tidak. Kelima, si kecil menghindar kalau Anda ajak berbicara.
Apa yang harus Ibu lakukan? Pertama, pergi ke psikolog yang sudah terbiasa menangani anak-anak atau ke dokter ahli saraf anak untuk menentukan apakah ada gangguan perkembangan (hiperaktivitas), atau keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. Biasanya setelah dilakukan identifikasi, mereka akan merujuk ke ahli terapi wicara dan terapi lainnya (misal, terapi okupasi). Kedua, jangan sampai terlalu bersemangat mengajaknya berbicara sampai-sampai si kecil menghindar kalau diajak berbicara (sayangnya data kurang lengkap, bagaimana cara Anda mengajaknya berbicara).
Amati dulu apakah anak sudah mengerti arti kata-kata, dan perintah. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana dia bisa menunjukkan benda yang diminta dan mengerjakan perintah sederhana. Boleh mengajaknya berkomunikasi, tetapi berikan kesan seakan-akan dilakukan sambil lalu. Anda dapat menggunakan media bermain, misalnya bermain mengambil beberapa benda, tanyakan benda apa yang harus Ibu ambil, sehingga mau tidak mau anak harus mengucapkan kata tertentu. Gunakan benda/gambar objek yang sudah dia kenal dan bisa ucapkan, misalnya "bola", "kotak" (balok berbentuk kubus), "baju", "mi ", "mobil". Bila anak cenderung aktif (atau hiperaktif), di saat mengajaknya berkomunikasi, usahakan agar dia benar-benar memerhatikan apa yang Ibu ucapkan. Arahkan wajahnya pada Anda untuk melatih anak bisa memfokuskan diri pada sesuatu. Selamat mencoba. Salam.