Suami Berubah Uring-uringan

By nova.id, Rabu, 16 Desember 2009 | 17:19 WIB
Suami Berubah Uring uringan (nova.id)

Bu Rieny yth,Saat ini suami saya menduduki posisi "basah" di kantornya. Alhamdulillah, keuangan kami baik dan tidak kekurangan. Belakangan ini, ia mendengar desa-desus akan dipindahtugaskan dan ini membuatnya uring-uringan terus.

Saya mencoba untuk menghiburnya dengan mengatakan, itu sudah resiko dari pekerjaannya, tetapi makin hari makin nampak stres Bu. Bahkan saya pun jadi ikut-ikut tegang, karena setiap pulang kantor selalu jadi bertanya-tanya, apalagi yang akan dijadikan obyek kemarahannya.

Sikap seperti apa, Bu yang harus saya tunjukkan, agar ia tak terlalu tertekan seperti itu. Terima kasih.Ny. X - Bekasi

Ny. X Yth,Apalah artinya seorang istri, kalau bukan sebagai pendamping ketika suami sedang bersusah hati? Menjadi "penopang" ketika suami sedang limbung atau merasa tak pasti akan masa depannya?

Reaksi suami, wajar saja ya, Bu. Ketidakpastian akan masa depan pekerjaannya merupakan tekanan yang cukup berat bagi seorang pria. Bukankah salah satu ukuran "keberhasilan" suami adalah kesanggupannya memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya?

Kalau selama ini Ibu sudah menasehatinya, mungkin upaya Ibu harus ditingkatkan menjadi TIDAK NYATA. Berhemat, misalnya, atau mencoba menyesuaikan hidup sehari-hari dengan "gaji sesungguhnya" dan menabung sampingan-sampingan yang diperoleh suami dari posisi basahnya itu. Mengajak anak-anak untuk mengurangi jajan, makan di restoran dan kebiasaan konsumtif lainnya.

Kalau suami melihat hal ini, jelas "bebannya" yang timbuk akibat ketakutannya tak dapat menyenangkan istri dan anak-anak akan banyak berkurang. Apalagi, kalau Ibu dapat menjadikan diri Ibu yang produktif. Menitipkan es mambo, kek membuat kue atau menerima rantangan. Ini akan membuat "kaki" Ibu lebih kokoh.

Tentu saja, langkah-langkah yang Ibu pikirkan ini perlu dibicarakan dengan suami. Karena, perlu diingat, dalam keadaan seperti ini seorang suami biasanya akan menjadi lebih "sensitif". Alih-alih merasa ditolong, kalau kita tak bijaksana ia justru akan menganggap kita melecehkan kemampuannya menghidupi keluarga.

Juga, Anda sendiri perlu tegar dalam arti sesungguhnya. Kalau Anda menasehatinya untuk "sabar", Anda tentu tak boleh ikut-ikutan senewen kan? Ibu jadi makin galak pada anak, misalnya.

Yang terakhir, jangan pernah lupa untuk bersama-sama mendekatkan diri pada Tuhan, agar selalu diberi ketabahan menghadapi semua ini.

Oleh: Dra. Rieny Hasan