Operasi Pembesaran Bokong Makin Ngetren

By nova.id, Kamis, 13 Maret 2014 | 03:39 WIB
Operasi Pembesaran Bokong Makin Ngetren (nova.id)

TabloidNova.com - Punya bokong yang penuh seperti Kim Kardashian atau Jennifer Lopez dan Beyonce tampaknya kini menjadi idaman perempuan. The American Society for Aesthetic Plastic Surgery bahkan menyebut Kim sebagai salah satu alasan meningkatnya prosedur buttocks augmentation hingga 58 persen antara 2012 hingga 2013. Ini boleh dibilang kenaikan terbesar dalam prosedur bedah kosmetik, diikuti oleh prosedur labiaplasty yang meningkat sebesar 44 persen pada periode yang sama.

Buttocks augmentation, yang populer disebut Brazilian Butt Lift, merupakan prosedur menambah volume bokong agar telihat kencang, terangkat, serta lebih besar dan bulat indah. Caranya dengan menyuntikkan lemak pada bokong, yang diambil dari pinggang dan perut. Pilihan lain adalah menyisipkan implan silikon, namun cara ini memiliki risiko komplikasi lebih tinggi.

Saat ini, seperti dilaporkan Realsef,  dalam rentang waktu November 2013 sampai Januari 2014 lebih dari 378.000 warga New York melakukan operasi Brazilian Butt Lift. Los Angeles menempati posisi kedua wilayah dengan operasi botoks bokong paling banyak dilakukan, yaitu sebanyak 138.227 orang. Wilayah berikutnya adalah Miami dengan 108.341 orang, dan Atlanta sebanyak 98.993 orang.

Banyak orang bahkan disebut-sebut tak malu-malu lagi mengakui telah melakukan pembesaran bokong. Katy Perry, misalnya, pada 2011 mengaku telah menjalani injeksi pengangkatan bokong. Sejumlah vitamin, steroid, dan antibiotik, disuntikkan untuk membuat bokongnya lebih penuh.

"Sekarang ini tidak ada lagi penampilan model kurus di majalah yang mengatakan pada pembaca bagaimana mereka harus tampil," ujar Dr David Shafer, ahli bedah plastik yang berspesialisasi dalam pembesaran bokong. Menurutnya, dalam seminggu ia menerima hingga delapan pasien pembesaran bokong, yang artinya sama banyaknya dengan pasien pembesaran payudara.

Yang belum terungkap sebenarnya adalah bahwa prosedur semacam ini berisiko menimbulkan komplikasi, bahkan kematian. Itu bisa terjadi bila prosedur dilakukan oleh tenaga non medis yang berpura-pura sebagai dokter, dan pada beberapa kasus menggunakan silikon untuk industri. Calon pasien seharusnya lebih cermat memilih dokter bedah plastik yang berpengalaman dan memiliki reputasi baik.

Maya Indriani/The Daily Mail