Dear Bu Rieny,
Umur saya 24 tahun dan sudah bertunangan. Insya Allah, tahun depan akan menikah. Tapi, saya takut jika suatu saat tidak bisa menjaga komitmen atau pasangan saya tidak bisa menjaganya.
Mungkin ketakutan ini karena saya tahu mama berselingkuh dengan B. Ia pun mengakuinya. Rasanya seperti ditikam dari belakang, kecewa, dan sakit hati. Orang yang seharusnya saya hormati dan junjung tinggi, tega membohongi saya dan adik. Saya memang memberitahu adik, karena papa tidak mengetahui kalau istrinya ternyata masih berhubungan dengan B.
Masih berhubungan? Berarti, sebelumnya pernah ada hubungan, dong? Jawabannya, IYA. Tepatnya sejak 3 tahun lalu. Saya dan adik sudah menduga kalau mama ada main dengan B. Mama bilang dia diguna-guna oleh B, karena mama pernah menolak cintanya (B sudah beristri dan punya anak). Saat itu, papa tidak tahu kalau mama berselingkuh. Saya dan adik memaafkan mama, dan dia berjanji tidak akan berhubungan lagi dengan B.
Setahun setelah masalah itu berlalu, mama kembali berhubungan dengan B, dan papa akhirnya tahu. Saat itu, saya tidak ikut campur dan berpikir biar papa saja yang menyelesaikannya. Papa bercerita, masalah itu telah selesai dan mama mengulangi janjinya yang dulu.
Setahun kemudian, tepatnya ketika menulis surat ini, secara tidak sengaja lewat handphone-nya (hp), saya tahu mama masih berhubungan dengan B. Mama sembunyikan hp di saku. Jadi, selama ini mama punya jalur khusus untuk berhubungan dengan B. Dari smsnya, saya tahu kalau mama tetap berhubungan dengan B sejak 3 tahun lalu.
SMS di hp-nya sungguh tidak pantas untuk orang yang jelas-jelas sudah berkeluarga. Tidak cuma sms mesra, tetapi ada juga yang vulgar dan jorok. Masya Allah, jadi selama 3 tahun ini saya dibohongi oleh mama saya sendiri. Antara percaya dan tidak, saya berharap ada seseorang yang membangunkan dari mimpi. Tapi tidak, ini kenyataan!
Sebelum saya tulis surat ini, saya dan mama sudah berbicara berdua, beliau mengakui perselingkuhan ini. Mama lagi-lagi berjanji untuk mengakhiri hubungannya dengan B. Terus terang, saya tidak percaya lagi dengan perkataan mama. Sekali berbohong, manusia tidak akan percaya lagi, kan, Bu?
Saya heran! Apa yang mama cari dalam hubungan ini? Apa hebatnya B, sampai-sampai mama mau berselingkuh dengannya. Ganteng juga tidak. Kalau materi, papa lebih dari cukup, apalagi untuk dibandingkan dengan B.
Apa yang harus saya lakukan, Bu? Bagaimana menghadapi sikap mama? Di satu sisi, saya tidak mau menjadi anak durhaka. Apa yang harus saya lakukan dengan ketakutan saya akan komitmen? Jangan bilang, "Kita harus melawan ketakutan dan hanya kita yang bisa melawan ketakutan".
Mungkin mudah bagi Bu Rieny, tapi semua orang tahu praktiknya susah. Maaf, jika ada kata-kata kasar. Tanggapan Ibu sangat saya tunggu, dan saya berharap mama saya membacanya (mama langganan NOVA dan penggemar berat rubrik ini juga soalnya). Terima kasih banyak.
L di kota M