Jalan berliku ditempuh pasangan Arif Danurdara Tachril (32) & Hanna Faridl (31) untuk bisa menempati rumah yang mereka tinggali saat ini. Salah satunya, upaya mendapatkan surat Izin Membangun Bangunan (IMB) yang memakan waktu hingga dua tahun. "Dari tahun 2009, sudah ada rencana membangun rumah. Tapi, kami sulit mendapatkan Izin Membangun Bangunan (IMB)," ujar Hanna yang dikenal sebagai salah satu pemilik fashion line HijabScarf ini.
Setelah IMB didapatkan, kira-kira tahun 2011, Hanna dan Sang Suami mulai mendesain dan membangun rumah dengan bantuan arsitek. "Arsiteknya suami adik iparku," ujar Hanna. Alhasil, berbagai keinginan Arif perihal rumah impian bisa lebih mudah dituangkan lebih leluasa. Bicara soal inspirasi, pasangan suami istri ini mengaku ingin hunian mereka didominasi nuansa industrial. "Kami senang makan di luar rumah dan suka makan di restoran yang berbau industrial. Intinya, kami ingin memindahkan konsep kafe ke rumah," papar Editor at Large Laiqa Magazine ini.
Konsep industrial yang identik dengan tema rustic dan raw, ternyata tak bisa serta-merta diterapkan. Contohnya, tembok dan lantai yang hanya disemen tanpa cat atau diberi material lantai seperti keramik. "Tadinya, kami ingin lantai abu-abu dari semen. Tapi, setelah berkonsultasi dengan arsitek dan kontraktor, ternyata susah diterapkan." Lantai dari semen mudah retak dan bisa melukai anak-anak, misalnya. "Selain itu, biaya membuatnya memang murah, tapi biaya perawatan dalam jangka panjangnya akan memberatkan," papar Hanna.
Tak habis akal, Hanna dan Arif lantas memilih kayu jati. Kebetulan salah satu teman mereka memiliki usaha di bidang kayu jati. "Kayu jati ini langsung diambil dari Yogjakarta. Kami juga merawatnya dengan hati-hati." Kayu jati memang unik. Bila material lantai lain harus dipel setiap hari, kayu jati malah sebaliknya. "Sebisa mungkin jangan terlalu sering kena air, jadi dipelnya cuma sebulan sekali."
Jendela-jendela di kediaman Arif dan Hanna ini cenderung menarik perhatian. Selain besar, jendela berlis putih ini juga membuat hunian bak rumah di pinggir pantai saat dipadukan dengan lantai kayu jati. "Kami memang sengaja menaruh jendela di sisi sebelah kanan rumah sebab kami memilih cahaya matahari sore."
Bicara soal mendesain, ruang tengah terbilang paling lama dirembukkan. "Kami ingin membuat ruangan ini senyaman mungkin." Di ruangan ini, ada tiga tipe kursi yang berbeda. Si Kursi Abu adalah hadiah saat Hanna melahirkan anak pertama, Kirana Matahari Danurdara (2). "Itu kursi menyusui, tapi terlalu besar kalau ditaruh di kamar. Hahaha. Nah, satu lagi kursi Betawi yang didapat dari kakek. Kursi ini didaur ulang dengan memakai bantalan dan kain baru," papar Hanna.
Beranjak ke lantai bawah, terdapat ruangan untuk bermain anak. Selain Kirana, anak kedua mereka yaitu Aidan Kamajaya Danurdara (1) juga sering menghabiskan waktu di sini. "Kami ingin anak-anak lebih leluasa saat bermain," ujar Hanna yang sengaja membuat tempat tidur tanpa kaki supaya lebih aman.
Astrid Isnawati, Lokasi: Kediaman Arif Danurdara Tachril & Hanna Faridl, Pejaten - Jakarta Selatan, Foto: Eng Naftali/NOVA