Cinta Suyanti Terhadap Sulam

By nova.id, Rabu, 13 November 2013 | 09:18 WIB
Cinta Suyanti Terhadap Sulam (nova.id)

Hj. Suyanti, demikian nama pendiri Kelompok Sulam Lestari yang beradadi Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupten Jember, Jawa Timur. Kelompoksulam yang berdiri sejak tahun 13 April 1976 dengan bantuan DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jember ini masih eksis hingga sekarangdengan banyak karyanya. Termasuk motif yang dikenal sulit bagi penyulam. Semuaitu tentu tak lepas dari peran dan cinta Suyanti terhadapsulam.

Berawaldari tahun 1957, saat Suyanti berusia 19 tahun. Kala itu, perempuan kelahiranJember, 17 September 1938 ini tertarik dengan baju sulam yang dikenakan olehguru keterampilannya. Pesona sekilas itu berpengaruh besar bagi tekad Suyantimuda. Ia drop out dari sekolah demiserius belajar Kursus Modes dan Rias Pengantin di Jember. Setelah lulus darisekolah itu, ia lalu memberi kursus menyulam bagi masyarakat sekitar, jugamerias pengantin.

Tahun1959 ia menikah dan berkeluarga, dikarunia 6 orang anak. Tapi itu tak jadihalangannya untuk terus menyulam. Ia membuat sulam hadir di peralatan rumahtangga, bantal, guling, sprei dan lain-lain. Sampai kemudian untuk pertamakalinya ia menciptakan desain (stick/tusuk) yang dituangkan dalam kain untukpertama kalinya. Suyanti menciptakan 967 macam desain  terdiri dari 1000 macam gambar yangdituangkan dalam 5 lembar kain. Masa pengerjaannya terentang mulai tahun 1957hingga 2012.

Teknikini kemudian masuk ke dunia fashion. Ketekunan Suyanti menarik DepartemenPendidikan dan Kebudayaan untuk mendukungnya mendirikan 'Lestari'. Selain itujuga ikut pameran untuk memperkenalkan seni sulam. Salah satunya dalamInternational Embroidery Festival 2012, 4-7 Oktober 2012 silam di Jakarta. Diacara ini, Suyanti memamerkan karyanya berupa selendang sulam Sumatera Baratsepanjang 2000 cm.

Suyantijuga berpartisipasi dalam acara Metamorfosis Perajin Sulam dan Bordir Indonesiadi Grand Inna Padang pada Jumat (1/11) lalu. Acara yang dibuka olehMenparekraf, Mari Elka Pangestu, ini disemarakkan dengan pameran foto sulam,demo sulam, fashion show oleh desainer Samuel Wattimena dan vomal, pemberianpenghargaan kepada para tokoh yang telah berjasa mengembangkan sulam didaerahnya masing-masing serta pengukuhan motif sulam khas daerah.

"Kamiberterima kasih kepada Yayasan Sulam Indonesia dan dukungan dari PGN yang telahmemberikan pengetahuan, pemahaman, sehingga menambah wawasan kami untuk  meningkatkan kualitas hasil sulaman.Harapannya semakin banyak orang yang menyenangi dan menggemari seni sulamIndonesia," ujar Suyanti.

Ade Ryani