Mengajarkan Anak Mengelola Rasa Kecewa

By nova.id, Sabtu, 17 Mei 2014 | 09:19 WIB
Mengajarkan Anak Mengelola Rasa Kecewa (nova.id)

Sayangnya, masyarakat zaman sekarang memiliki kecenderungan memberikan kemudahan dan kemewahan pada anak. "Usia 2 tahun sudah dimasukkan playgroup ditemani baby sitter atau dibesarkan dengan televisi dan gadget."

Rasa bersalah karena orangtua bekerja akhirnya membuat mereka memenuhi tuntutan anak. "Padahal, seharusnya dijelaskan bahwa segala sesuatu dicapai melalui sebuah proses. Kalau belum waktunya anak mengendarai motor atau mobil, ya jangan diberikan. Itu, kan, juga bagian dari proses dan pendidikan."

Ida menegaskan bahwa orangtua jangan berharap anak akan tahu atau paham sendiri mengenai cara mengelola kekecewaan. "Selain kecerdasan intelektual, anak harus tahu fungsi keluarga, membangun afeksi, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial."

Untungnya, saat ini makin banyak orangtua yang tak selalu memandang peringkat anak di kelas sebagai satu-satunya tolok ukur prestasi. "Orangtua lebih suka anak punya kegiatan yang bisa memberikan kontribusi kepada orang lain," pungkas Ida. Solusi lain yang tak kalah penting adalah menciptakan keluarga lingkungan sosial yang anti kekerasan. "Termasuk di sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Iklim anti kekerasan juga bisa didukung lewat media massa," ujar Ida.

Noverita K. Waldan