Rata-rata bisa mengalami kenaikan 2 hingga 5 kilogram, bahkan beberapa mengalami kenaikan 20 kilogram. Menurut Dr.Oz, kenaikan ini juga berisiko terhadap kesehatan jantung dan lainnya, khususnya jika kerap berulang dalam satu-dua periode, bulanan, dan tahunan.Bahaya Apa Sajakah?Penelitian menunjukkan, akan lebih baik menjaga kesehatan dengan tak melakukan diet sama sekali. Ketimbang, Anda melakukan diet sembari mencuri-curi konsumsi sesendok creme brulee saat sedang jeda berdiet. Mengapa? Diet berkecenderungan mendorong terjadinya siklus berat badan naik-turun dan yo-yo diet.
Padahal ini lebih berbahaya terhadap kesehatan ketimbang menjaga saja berat badan tetap seimbang. Kebanyakan orang-orang yang mengalami naik-turun berat badan sebenarnya dapat mengembalikan berat badan kembali ketimbang mengupayakan mengurangi berat badan secara ketat. Stres dan rasa malu saat menjalani diet (terkait berat badan) dapat mendorong seseorang makan berlebih.Berat badan naik-turun juga dapat memberikan konsekuensi perilaku dan psikologis secara negatif. Penelitian menunjukkan, peningkatan risiko tekanan jiwa, ketidakpuasan akan hidup, dan makan berlebih terkait juga dengan siklus berat badan akibat diet.Salah satu penelitian menemukan jika wanita yang kerap mengalami diet yo-yo. khususnya yang mengalami 5 kali atau lebih diet dan berat badan meroket kembali selama hidupnya. Ini akan meningkatkan risiko gangguan jantung dan dapat risiko ini meningkat di periode awal menopause. Para peneliti percaya jika ada kaitan antara diet yo-yo dan penyakit jantung, berhubungan dengan sel-sel yang ada di pembuluh darah atau yang kerap disebut sel endotelial. Ketika berat badan seseorang naik dan kemudian anjlok (dan ini berulang), sel-sel dapat mengalami kerusakan sehingga aliran darah tak lancar. Ketika aliran darah ke jantung kurang, ini dapat menjadi awal risiko serangan jantung.Diet dan Kekuatan PikiranKetika seseorang mencoba menurunkan berat badan dengan berdiet, sebenarnya bisa dengan mengandalkan kekuatan pikiran. Dimana ini merupakan senjata terkuat untuk mencapai berat badan ideal, untuk meluncurkan serangan psikologis terhadap makanan. Bagaimanapun, faktanya kerapkali pemicu emosional kerap menjadikan seseorang gagal berdiet. Oleh karena itu, para peneliti berteori jika pola makan berlebih berlaku layaknya orang dengan ketergantungan obat. "Pemicu itu ada di bagian tengah otak kita," ungkap Oz.Karenanya, ketika stres terjadi, neuron-neuron dalam otak yang (mungkin) diprogram untuk mengatasi stres dengan makanan.Beberapa orang yang menjalani diet sebagai 'siksaan'. Begitu orang tersebut berhenti berdiet atau menjalani pola makan sehat, mereka menganggap 'misi sudah selesai'. Ini yang mengawali terjadinya berat badan meroket, dimana ini akan lebih sulit untuk kembali ideal.Laili