Saya ibu (31) sepasang anak (3 tahun dan 5 bulan), keduanya lahir normal dengan bantuan dokter. Sejak hamil dan melahirkan anak ke-2, saya belum haid lagi, tapi selalu ada cairan keluar berwarna kekuningan, encer dan tak berbau busuk. Saya masih menyusui, meski 5 jam sekali diselingi susu formula. Setelah melahirkan, saya sudah memeriksakan diri dan melihat kondisi rahim dengan USG. Menurut dokter, kondisinya baik karena sudah menyusut. Selain itu, di wajah banyak muncul jerawat. Apakah ada hubungan dengan belum datangnya haid? Sewaktu haid normal, saya tak berjerawat.
Dok, apakah cairan tersebut merupakan sisa cairan dalam rahim dan mengapa keluar terus? Berbahayakah menggunakan obat pencuci vagina dan bisakah dijadikan alternatif ber-KB karena sifatnya yang dapat membunuh sperma? Sebetulnya, saya berencana akan KB steril, tapi banyak teman melarang. Katanya, akan menderita keputihan terus-menerus dan saya bakal kehilangan gairah hingga hubungan suami istri akan terganggu, dan lainnya. Benarkah? Sementara suami, sih, mendukung sepenuhnya.
Sebelumnya saya pernah pakai KB suntik selama sebulan, ternyata tak cocok karena mengalami perdarahan dan sering pusing. Oleh dokter, saya tak dibolehkan memakai KB hormonal, termasuk pil dan susuk. Saya dianjurkan memakai spiral, tapi saya sendiri enggak sreg, hingga untuk saat ini memilih KB alam dan kondom.
Ny. R. Rosdiana - Bengkulu
Cairan yang keluar dari vagina harus diperiksa apakah normal atau tidak. Pengeluaran yang berlebihan disebut keputihan fluor albus yang dibedakan menjadi keputihan fisiologis semisal akibat rangsangan seksual dan keputihan patologis/abnormal yang disebabkan penyakit. Dokter akan mengambil cairan vagina Ibu, lalu mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisa apakah terdapat infeksi akibat jamur, kuman atau sebab lain. Sedangkan pengobatannya disesuaikan penyebabnya.
Obat pencuci vagina tak boleh digunakan secara rutin sebab dapat mengganggu keseimbangan pola bakteri normal dalam vagina dan berkemungkinan menimbulkan reaksi alergi, hingga pemakaiannya sebaiknya atas alasan medis dan telah mendapat persetujuan dokter. Obat pencuci vagina tentu saja tak bisa dipakai sebagai alternatif ber-KB karena daya efektivitas perlindungannya belum teruji. Mengenai jerawat bisa akibat pengaruh hormonal atau infeksi di daerah kulit muka. Bila sangat mengganggu, silakan konsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin.
Bila Ibu ingin ber-KB steril, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Antara lain usia Ibu, jumlah anak hidup dan apakah sudah ada yang berusia di atas 5 tahun. Ataukah Ibu menderita penyakit tertentu yang tak membolehkan Ibu hamil lagi, tak boleh memakai KB hormonal atau KB lainnya selain KB steril. Ibu pun harus telah benar-benar mengerti tentang KB steril, disamping harus mendapat persetujuan suami.
Bila saat ini Ibu dan suami sudah merasa jumlah anaknya cukup dan tak ingin menambah anak lagi, apa pun alasannya, boleh-boleh saja Ibu menjalani sterilisasi. Silakan Ibu konsultasi dengan dokter kebidanan dan kandungan tempat Ibu memeriksakan diri. Yang jelas, tindakan sterilisasi tak menyebabkan keputihan, gangguan hubungan intim ataupun terhentinya haid. Pada sterilisasi, tindakan yang dilakukan adalah pemotongan kedua saluran telur agar sperma dan sel telur tak bisa bertemu, hingga tak terjadi pembuahan.