Octavina Alsim "Jangan Mudah Memvonis Anak!" (2)

By nova.id, Minggu, 12 September 2010 | 18:45 WIB
Octavina Alsim Jangan Mudah Memvonis Anak! 2 (nova.id)

Bisa tidak, dibedakan antara mengalami gangguan belajar atau hanya sekadar malas belajar ? 

Zaman sekarang banyak orangtua yang cepat menyimpulkan anaknya malas belajar. Orangtua harusnya melihat anaknya malas belajar itu karena tidak mampu atau memang malas. Banyak anak yang datang ke saya berasal dari sekolah yang bagus di Jakarta. Orangtua merasa sudah oke, tapi kenapa nilainya anjlok semua?

Lalu?

Anak tidak bisa menangkap pelajaran bukan berarti IQ-nya rendah. Tugas orangtualah yang harus bisa menemukan orang atau ahlinya, yang bisa tahu dan melihat di mana kesulitan anaknya. Di sinilah spesialis rehabilitasi medik anak ini bekerja.

Bagaimana caranya menemukan masalah pada seorang anak?

Orangtua yang datang ke saya biasanya hanya bilang, anaknya kurang memiliki atensi. Konsentrasinya kurang, nilai belajarnya jeblok, tulisannya jelek, nilai matematikanya jelek. "Tolong dicek di mana masalahnya, Dok." Dari situ saya baru bisa memberi kesimpulan tentang si anak kepada orangtuanya.

Bila tak segera diterapi, apa akibatnya?

Anak-anak akan mengalami depresi. Dulu, saya juga mengalami hal seperti itu. Saya merasa orang lain tidak bisa mengerti, walaupun saya pikir, saya bisa menangani apa yang diberikan guru.

Hanya kadang-kadang memang ada anak-anak yang bisa menangkap lebih, tapi orang lain justru menganggap dia harus sama dengan rata-rata anak lain. Saya berusaha melihat apa kelebihan anak itu kemudian memberitahu dia. Intinya, anak itu ingin dihargai. Kalau self esteem dia baik, dia bisa melakukan banyak hal.

Contoh terapinya?

Lebih banyak dengan permainan, untuk meningkatkan konsentrasinya, visual motoric integration, untuk kemampuan motoriknya. Sebisa mungkin menjauhi obat. Biasanya, untuk satu kasus, idealnya 10 kali terapi. Satu kali terapi berlangsung 1 jam. Kurang dari itu, saya pikir kurang efektif hasil terapinya.

Selain kasus gangguan belajar, apalagi kasus yang banyak Anda tangani?

Keterlambatan perkembangan pertumbuhan. Misalnya, anak di usia tertentu sudah bisa berjalan tapi dia belum bisa berjalan. Anak usia segini seharusnya sudah bisa duduk, tapi ternyata belum.

Apa yang memengaruhi itu?

Motoriknya. Jadi urusan saya adalah untuk memperkuat motorik dan konsentrasi si anak. Secara statistik, yang paling banyak saya temui adalah kasus gangguan belajar.

Kapan orangtua merasa perlu membawa anaknya ke spesialis rehab medik anak?

Sebaiknya orangtua tahu kapan pertumbuhan anaknya dengan jelas. Misalnya, umur lebih dari 15 bulan anak belum bisa berjalan, itu namanya bermasalah. Kalau untuk masalah learning disability, biasanya orangtua mulai menyadari ketika si anak masuk SD.

Pasien saya terbanyak usia kelas 3 SD. Jadi saya sarankan kepada orangtua, bila melihat anaknya sulit belajar, jangan dulu divonis malas lalu si anak dibombardir dengan berbagai jenis les. Saran saya, lebih baik dibawa dulu ke dokter untuk dilihat akar masalahnya.

(Octavina biasa melakukan praktik di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Oleh karena ada jadwal terapi, jadi semuanya dilakukan dengan perjanjian. Pasiennya kebanyakan datang dari kalangan menengah ke atas. Octavina juga mengaku, ingin mendalami soal learning disability.)

Oh ya, apa suka dan dukanya pekerjaan Anda?

Bekerja untuk anak-anak itu enak. Mereka bisa komentar apa saja tentang kita. Menyenangkan sekali. Tapi, bila ada pasien datang terlambat, ada yang suka membawakan saya kue. Ini sering bikin saya tertawa meski hati sedang kesal.

Bila sedang senggang, biasanya melakukan apa?

Saya hobi membaca dan olahraga, seperti bersepeda atau pilates. Saya juga punya perkumpulan di bidang kerohanian.

 Sita Dewi