Nyeri Setelah Sesar

By nova.id, Sabtu, 12 Juni 2010 | 02:44 WIB
Nyeri Setelah Sesar (nova.id)

Saya (30) TB 150 cm dan BB 58 kg. Beberapa waktu lalu saya menjalani operasi sesar anak kedua yang terpaksa ditinggal di rumah sakit karena menderita kuning. Beberapa hari setelah operasi saya pergi ke rumah sakit untuk menyusui dengan membonceng sepeda motor dan tidak memakai gurita. Sampai saat ini bekas operasi masih nyeri, perih, dan terasa kaku di dalam. Bila ditekan semakin terasa nyeri. Apakah jahitan perut bagian dalam saya terbuka dan apakah akibat naik motor? Bila terjadi demikian apakah bisa diperbaiki dan bagaimana saya harus menanganinya? Bagaimana dengan laparoskopi, apakah bisa melihat kondisi bagian dalam perut yang terbuka? Perlu Dokter ketahui, selama ini haid saya lancar, nifas normal, bekas luka sayatan kering, muncul keloid tebal dan berwarna merah tua kecokelatan. Mohon Dokter memberikan penjelasan dan sarannya.

Wuri -­ Yogyakarta

Setiap tubuh kita mengalami luka, maka penyembuhannya tidaklah mungkin sempurna 100% seperti sediakala, apalagi bila luka tersebut panjang dan dalam. Pada operasi sesar, jumlah lapisan perut yang disayat hingga ke rongga rahim ada sebanyak tujuh lapis. Penutupan luka tersebut juga dilakukan lapis demi lapis, dengan beberapa macam benang jahit. Reaksi tubuh terhadap benda asing (benang jahit) berbeda antar individu, pada seseorang yang sensitif, sering terbentuk keloid (jaringan parut di atas luka, keras, gatal, dan dapat membesar). Pada waktu proses penyembuhan sering terjadi pembentukan jaringan parut yang dapat menyebabkan nyeri saat aktivitas tertentu atau aktivitas yang berlebihan dan dilakukan secara tiba-tiba. Adanya jaringan parut di antara lapisan dinding perut dapat menimbulkan nyeri saat bergerak berlebih ataupun pada waktu dilakukan penekanan. Oleh karena itu, pada pasien yang pernah menjalani operasi sesar, apalagi bila keloidnya besar, harus hati-hati dalam melakukan aktivitas fisik. Keloid dapat dibuang dengan operasi, tetapi mungkin saja suatu saat akan timbul kembali karena jaringan tubuh itu hidup dan tumbuh. Terima kasih atas pertanyaannya.