Beberapa kimia yang dipengaruhi oleh rokok diantaranya endorfin, serotonin, norepinefrin, dan dopamin. Kemampuan nikotin mengubah bahan kimia ini menjelaskan perubahan perasaan cemas ketika seseorang memulai terapi berhenti merokok. Perubahan kimia ini juga memperburuk sakit kepala yang sudah terjadi.
Sekitar sepertiga orang merokok lebih banyak mengalami migren dibanding orang yang tidak merokok. Setelah perokok sakit kepala, penggunaan produk nikotin akan menurunkan ambang nyeri sakit kepala sehingga memicu sakit kepala mudah muncul kembali.
"Banyak pasien sakit kepala melaporkan adanya penurunan sakit kepala setelah berhenti merokok. Kendati belum ada penelitian yang mengonfirmasi hal ini," pungkas Dawn.
Dr. Mark Green dari The Mount Sinai Medical Center, NY,memaparkan hal senada. Dokter Mark menggarisbawahi nikotin sebagai senyawa yang memiliki sifat mempengaruhi pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan sakit kepala.
"Rokok dapat memicu sakit kepala bagi kedua belah pihak, perokok dan bukan perokok," ungkapnya. Beberapa pendapat juga mengatakan, bau tembakau yang terbakar (sebagaimana aroma lain) dapat memicu migren pada beberapa individu yang rentan.
Oleh karena itu, merokok kerap dikaitkan dengan sakit kepala sebelah. Dan, selama siklus sakit kepala sebelah, disarankan perokok mengurangi jumlah konsumsi rokok hingga kurang dari satu setengah bungkus rokok perhari. "Ini mungkin dapat mengontrol sakit kepala yang terjadi," tambahnya lagi.
Selain dapat mengurangi frekuensi terjadinya migren, berhenti merokok juga dapat mengurangi risiko stroke dan penyakit jantung.
Laili/ dari berbagai sumber