Cara Jokowi Dukung Batik sebagai Bagian dari Industri Kreatif

By nova.id, Kamis, 2 Oktober 2014 | 12:36 WIB
Cara Jokowi Dukung Batik sebagai Bagian dari Industri Kreatif (nova.id)

TabloidNova.com - Untuk menyambut Hari Batik yang jatuh setiap 2 Oktober, Pasaraya Blok M menggelar program Tribute to Batik dengan tema "Pasar Klewer Pindah ke Jakarta", mulai 27 September hingga 2 November 2014. Festival ini menghadirkan lebih dari 80 pedagang batik dari Yogyakarta, Cirebon, Pekalongan, dan Pesisir. Koleksi batik ini bisa didapatkan di Pusat Batik di venue Batik Nagara, Kendedes, Kampoeng Batik, Radja Batik, Kabaya Kabaya, dan Rumaida di lantai 2 Pasaraya Blok M.

Tahun ini menandai tahun ke-41 Pasaraya menjadi pusat perbelanjaan pertama dan terbesar yang terus mengembangkan usaha barang-barang kerajinan dan industri kecil dari seluruh kepulauan Nusantara. Pasaraya lalu terus melakukan pembinaan bersama para pengusaha kecil  untuk mengembangkan usaha industri skala kecil dan kerajinan sebagai hasil budaya, yang sekarang berkembang menjadi industri kreatif.

Pembukaan festival batik ini pun dihadiri Presiden Terpilih Republik Indonesia Joko Widodo. Menurut Medina Latief Harjani, President Director Pasaraya, Jokowi berkenan hadir dan meresmikan program ini karena mengembangkan industri kreatif memang menjadi salah satu visi yang dikembangkannya. "Gagasan Pak Jokowi untuk mengembangkan industri kreatif memiliki visi yang begitu tajam dalam konsep dan pengejawantahan ekonomi kerakyatan dan industri kreatif. Hal ini diyakini akan membuat industri batik akan lebih cepat berkembang," paparnya.

Saat dicalonkan menjadi Presiden, Jokowi memang kerap mengungkapkan gagasannya mengenai pengembangan industri kreatif. Hal ini pernah dibahasnya saat mengikuti Debat Capres putaran kedua beberapa waktu lalu. Industri kreatif tidak melulu menyentuh siapa yang terlihat di permukaan, tetapi juga menyangkut para pekerja kecil di baliknya.

"Dengan program ini kita harapkan semua industri kecil bergerak. Tidak cuma batik, tapi (kelak) juga tenun ikat, sarung goyor, atau industri bordir yang perlu kita kembangkan. Ini perlu sentuhan desainer untuk membawanya ke kelas atas. Tetapi industri mikro yang menyangkut tenaga kerja juga luar biasa banyak," papar Jokowi, yang mengenakan kemeja batik lengan panjang dari Solo.

Indonesia sesungguhnya begitu kaya dengan produk budayanya. Kain Nusantara seperti batik atau tenun hanya beberapa saja di antaranya. "Belum handycraft yang dibuat dari batu, bambu, kayu, rotan... semua kita punya. Potensi ada, tapi negara harus hadir (untuk memajukannya). Kalau negara hadir, industri mikro di kampung bisa tumbuh pesat," tegasnya.

Langkah-langkah Jokowi semenjak menjadi Gubernur DKI rupanya menjadi perhatian Abdul Latief, Chairman PT Pasaraya Tosersajaya. Ia mengapresiasi apa yang dilakukan Jokowi dengan memindahkan pedagang kaki lima di kawasan Tanah Abang ke dalam Pasar Blok G Tanah Abang.

"Apa yang dilakukan Jokowi terhadap usaha kecil adalah mimpi saya sejak kecil. Beliau adalah presiden pertama yang bicara tentang hal-hal yang langsung menyentuh rakyat," ujarnya.

Menurutnya, langkah-langkah Jokowi juga sejalan dengan visi Presiden Soekarno. Pada tahun 1963, Soekarno membangun Sarinah sebagai pusat perbelanjaan yang dapat menampung barang kerajinan untuk rakyat kecil. Saat itu Latief menerima amanah untuk mulai mengembangkan usaha kerajinan skala kecil menjadi suatu industri. Amanah itu terwujud ketika pada tahun 1974 Latief menyewa satu lantai Sarinah untuk handycraft.

Kini, Sarinah yang telah bertransformasi menjadi Pasaraya "The Pride of Indonesia" dikenal luas sebagai pusat perbelanjaan yang setia mengusung produk kerajinan lokal. Yang asyik lagi, "Setelah menyediakan dua lantai untuk koleksi batik dan handycraft bagi kalangan menengah ke atas, Pasaraya akan menyediakan koleksi batik untuk menengah ke bawah juga, ada pedagang kaki lima," tegas Latief.

Dini Felicitas