TabloidNova.com - "Apapun yang tidak etis di offline, juga tidak etis kita lakukan di online, termasuk di media sosial," kata pakar IT dan Medsos, Nukman Luthfie, dalam salah satu tulisannya berjudul Etika dan Etiket Social Media - Twitter dan Facebook di website pribadinya, Sudutpandang.com.
Seandainya hal ini dipahami terlebih dahulu oleh Florence Sihombing, mungkin ia tidak akan marah-marah di Path hingga kemudian di-bully orang se-Indonesia.
Sebelumnya, pada Rabu (27/8), mahasiswa S2 Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, itu menulis begini di akun pribadi Path-nya: "Jogja miskin, tolol, dan tak berbudaya. Teman-teman Jakarta-Bandung jangan mau tinggal Jogja."
"Orang Jogja B******. Kakak mau beli Pertamax 95 mentang-mentang pake motor harus antri di jalur mobil terus enggak dilayani. Malah disuruh antri di jalur motor yang stuck panjangnya gak ketulungan. Diskriminasi. Emangnya aku gak bisa bayar apa. Huh. KZL," jelasnya kepada Rachel yang menanyakan alasan dari statusnya tersebut.
Nah, belajar dari hal ini, menurut Nukman, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum menulis status di media sosial (medsos).
Pikirkan Terlebih Dahulu
"Tak ada yang tertutup di medsos. Tak ada lagi tempat untuk 'semau gue' di medsos," jelas Nukman. Meski secara tata krama, tambah Nukman, tak pantas juga bagi penyebar status (dengan meng-capture halaman status) menyebarluaskannya ke medsos lain. Ya, penyebarluasan itu memang sulit dicegah.
Maka dari itu, Nukman menyarankan, "Think Before You Speak". Dan yang lebih penting lagi, "Jauhi medsos saat kamu sedang marah, saat kamu sedang geram."
Pada saat offline saja, ada baiknya ketika hati sedang "panas" Anda diam. Itu demi menghindari keluarnya kata-kata yang bisa Anda sesali kemudian hari, juga mengingat potensi virtal di medsos yang dampaknya bisa meluas ke mana-mana.
Nukman mengatakan, tak ada gunanya Anda ikut menyebarkan status-status "geram" orang lain di medsos, karena bisa jadi persepsi Anda keliru. Belum tentu orang itu bermaksud menghina orang lain, ras tertentu, atau apapun itu. "Bisa saja ia hanya kesal, pingin marah, tapi tak terkendali, kemudian menyesal dan minta maaf"
Ester Sondang