Kendati persoalan ini sudah merupakan tanggung jawab pemerintah, namun tak sedikit organisasi non-pemerintah yang turut membantu. International Street Children Organization (ISCO) termasuk di antaranya. Organisasi yang didirikan Pascal Lalanne (berkewarganegaraan Perancis) dan Josef Fuchs (berkewarganegaraan Austria) pada 1999 ini hingga sekarang telah membantu dana pendidikan sekitar 2200 anak miskin di wilayah Jakarta, Depok, Surabaya,dan Medan.
"Education is an absolute basic for any development," ujar Josef Fuchs di sela-sela acara "800 Anak Miskin Menggapai 1000 Mimpi Bersama ISCO", di TMII, Jakarta, Sabtu, (11/7).
Melalui pendidikan yang layak ISCO berharap dapat membantu anak-anak mewujudkan mimpi dan cita-citanya. "Program kami bersifat prevention, mencegah anak-anak miskin kota supaya tidak masuk ke kehidupan jalanan," ungkap Ramida Siringo-Ringo, Executive Director ISCO.
Salah seorang anak yang termasuk angkatan pertama mendapat bantuan ISCO, Riyati (15) mengungkapkan sejak TK hingga masuk SMA, orang tuanya tak lagi risau memikirkan biaya. Kendati ada teman-teman sebaya di lingkungan tempat tinggalnya di Cipinang Besar lebih memilih bekerja di jalan ketimbang bersekolah gratis, Riyati tak mau terpengaruh.
"Aku mau bikin orang tua senang, mau berprestasi demi masa depan," tutur remaja yang kerap masuk peringkat 10 besar di sekolahnya ini.
Josef Fuchs berharap, sepuluh tahun mendatang ISCO akan semakin berkembang dan dapat memperluas wilayahnya. "Kalau sekarang 2000 anak, sepuluh tahun ke depan kita ingin bisa membantu 200.000 anak."
Menyambut peringatan 10 tahun ISCO berkarya di Indonesia, sebanyak 800 anak yang tersebar di 17 Sanggar Kegiatan Isco di wilayah Jakarta dan Depok merayakannya di Museum Keprajuritan Taman Mini Indonesia Indah dengan berbagai kegiatan. Salah satunya menuliskan cita-cita mereka di kertas-kertas yang digantungkan di pepohonan di areal Museum.
Astri