Mitos dan Fakta Minuman Takjil Bagi Kesehatan Tubuh

By , Selasa, 30 Juni 2015 | 05:30 WIB
3 mitos dan fakta minuman takjil bagi kesehatan tubuh (Nova)

Minuman takjil menjadi salah satu menu yang paling diburu saat buka puasa, selain rasanya yang cenderung manis, pengolahan minuman takjil juga punya warna menarik serta campuran bahan berbagai bentuk serta jenis seperti kolak pisang dan ubi, bubur kampiun, es teler, es campur, cincau, dan lain sebagainya.

Baca: Hidangan Takjil Buka Puasa dengan Puding Jeruk Ubi Ungu

Namun, tahukah Anda mitos dan fakta minuman takjil bagi kesehatan tubuh?

3 mitos dan fakta menarik mengenai minuman takjil dapat dijadikan acuan untuk menjaga kondisi fisik, baik pra dan pasca bulan puasa, terutama soal menjaga bobot berat badan.

Baca: Buka Puasa dengan Minuman Smoothie, Kenapa Tidak?

Mitos dan fakta minuman takjil bagi kesehatan tubuh yang pertama ialah kebutuhan cairan tubuh lebih sedikit ketika kita tidak puasa. Faktanya, pengeluaran cairan tubuh saat puasa sama dengan saat kita tidak puasa, sehingga mencukupi kebutuhan cairan tubuh dalam kondisi apapun tetap diperlukan demi menghindari berbagai gangguan kesehatan semisal proses metabolisme yang tidak lancar serta gangguan saraf.

Baca: Nikmatnya 5 Menu Takjil Seba Green Tea Untuk Buka Puasa

Mitos dan fakta minuman takjil bagi kesehatan tubuh yang kedua adalah soal minum kopi dan teh saat buka puasa diyakini dapat menyegarkan dan menghangatkan tubuh. Faktanya malah sebaliknya karena kopi dan teh mengandung kafein yang akan memicu gejala penyakit maag pada perut kosong setelah seharian berpuasa. Selain itu, kandungan kafein dalam kopi akan membuat jantung terasa berdebar jika langsung diminum pas berbuka puasa.

Baca juga: Bingung Mau Kemana? Inilah 10 Tempat Jajanan Menu Takjil Favorit di Jakarta

Mitos ketiga, banyak mengonsumsi minuman manis di bulan puasa baik untuk mencegah kondisi lemas dan lesu. Faktanya lagi-lagi sangat berbanding terbalik, pasalnya minuman manis merupakan bentuk karbohidrat sederhana yang dapat meningkatkan gula darah yang nantinya akan bisa berujung pada peningkatan risiko obesitas.