Dan kini, Rio kembali dipertemukan dengan Atiqah dalam film remake atau yang dibuat ulang dari film berjudul Bulan di Atas Kuburan yang pernah di produksi tahun 1973 oleh Asrul Sani. Film ini merupakan adaptasi dari sebuah novel berjudul sama dan puisi karya sastrawan Sitor Situmorang.
Di film ini Rio akan berperan sebagai seorang oenulis bersuku Batak bernama Sahat yang berasal dari sebuah desa di Pulau Samosir. Berkat kemampuan menulisnya yang mumpuni, Sahat lantas memenangkan sebuah sayembara menulis yang membuatnya kemudian hijrah ke Jakarta.
Sesampainya di ibu kota negara ini, kata Rio, "Sahat kemudian bertemu dengan sosok perempuan yang diperankan oleh Atiqah. Kami lalu saling jatuh cinta. Di sinilah konflik di mulai, sebab ternyata Atiqah adalah anak dari seorang pria paruh baya yang tak lain adalah pendukung presiden Indonesia yang sangat korup. Padahal, sebelumnya, pria ini yang menjanjikan akan membuatkan novel untuk tulisan karya Sahat."
Seiring waktu, impian Sahat untuk menjadi penulis di ibu kota tak tercapai. Justru Sahat semakin terjerumus dan akhirnya terjun ke dunia politik, menjadi pegawai ayah seorang wanita yang dicintainya, yang diperankan oleh istrinya sendiri, Atiqah.
Bicara soal seringnya Rio bermain film bersama sang istri, kira-kira adakah pengalaman enak dan tidak enaknya? "Hmmm, tentu saja enaknya kami bisa sering bertemu. Enggak hanya di rumah, tapi juga di lokasi syuting. Selain itu, karena kami sama-sama ada di produksi film yang sama, kami bisa lebih sering berdiskusi tentang peran yang kami mainkan di rumah, sebelum tidur misalnya," kata Rio.
Menurut bintang iklan sebuah produk perawatan wajah untuk pria ini, mendiksusikan skenario sangat mengasyikan. Rio mengatakan, membahas isi scenario tak akan pernah ada habisnya, apalagi bila dilakukan dengan istri sendiri.
"Ya, memang benar. Menguliti skenario enggak akan pernah ada habisnya. Kami jadi benar-benar tahu apa makna dari skenario itu tiap adegan dan tiap dialog. Apalagi kalau kami jadi pasangan, saya dan Atiqah jadi bisa lebih mendalami dialog yang harus kami lakukan saat syuting. Saya dan Atiqah jadi bisa 100 persen mengerti dan kenal peran masing-masing. Itu enaknya kalau main film sama istri sendiri," ungkap Rio.
Lain halnya jika mereka terlibat di produksi film yang berbeda. "Tentu sebaliknya juga, saya jadi enggak bisa masuk sama sekali ke dalam apa yang sedang dia kerjakan, karena saya jadi tidak begitu tahu kemampuan sutradaranya bagaimana, adegannya akan seperti apa. Jadi saya pikir, lebih banyak enaknya kalau bisa main film bareng istri," katanya kepada tabloidnova.com sambil tersenyum/
Namun terlepas dari itu, Rio sebisa mungkin akan memilih karakter yang berbeda dari peran-peran yang sebelumnya pernah ia mainkan. "Di setiap film yang saya ambil, pasti semuanya beda. Soalnya saya enggak pernah mau terima peran yang sama. Saya ingin bisa mengekplorasi lebih lagi dan semakin banyak belajar. Dan saya juga enggak pengin dapat peran yang stereotipe. Jadi enggak pengin ambil peran yang itu saja," pungkasnya.
Intan/Tabloidnova.com