Dikira Mau Bertanam Padi Di Australia (2)

By nova.id, Sabtu, 25 Juli 2009 | 17:27 WIB
Dikira Mau Bertanam Padi Di Australia 2 (nova.id)

Dikira Mau Bertanam Padi Di Australia 2 (nova.id)
Dikira Mau Bertanam Padi Di Australia 2 (nova.id)

"Pagelaran tata cara Pondhongan pengantin keraton Yogya menyemarakkan ultah Tienuk. Pondhongan hanya dilakukan bila pengantin perempuannya putri raja. (Foto: Rini Sulistyati/NOVA) "

Risikonya, Tienuk harus selalu berhadapan dengan ketatnya petugas bandara. "Tahun 2005, saya diminta Dubes Indonesia di Australia untuk merias putrinya yang akan menikah. Banyak barang bawaan yang tidak dikenal di Australia. Tiba di bandara, tampah yang saya bawa diketok-ketok petugas bandara di lantai. Wah, saya takut tampahnya jebol padahal mau digunakan buat upacara. Daun sirih dikira ganja. Bunga mawar buat taburan air siraman juga diteliti. Ada ulat kecil satu saja, diambil, lalu saya ditanyai macam-macam. Seikat padi juga nyaris disita. Mereka mengira kami akan menanam padi di Australia," kisahnya sambil tertawa.

Dibayar Bakso Lain lagi ceritanya saat diminta merias anak penjual bakso di gang sempit Jl. Pajeksan, belakang Malioboro. Calon mempelai perempuan hanya mau dirias Tienuk yang sudah terkenal sebagai perias anak pejabat. Orangtuanya pun kalang kabut, takut tak bisa bayar. Saking sayangnya pada anak perempuan semata wayangnya, si tukang bakso memberanikan diri datang ke Tienuk dan dengan berlinang air mata ia mengungkapkan keinginan anaknya.

"Waktu itu, saya sedang ingin sekali punya anak perempuan dan membayangkan, pasti saya akan berbuat sama demi anak tercintanya." Akhirnya, dengan ikhlas ia merias anak si tukang bakso. Bayarannya? "Ya, bakso. Banyak sekali, cukup untuk pesta seminggu," canda Tienuk.

Keikhlasan Tienuk berbuah manis di kemudian hari. Ia memperoleh dua anak perempuan, Titisari Kusumaratri dan Candrikasari Kusumadewi. Sayangnya, hinggga kini keduanya belum tergerak mewarisi ilmu ibunda.Rini Sulistyati