Situ Gintung, Riwayatmu Kini

By nova.id, Rabu, 15 Juli 2009 | 05:06 WIB
Situ Gintung Riwayatmu Kini (nova.id)

Situ Gintung Riwayatmu Kini (nova.id)

"Pemberian bantuan sampai kini masih berjalan (Foto : Shirley) "

Peristiwa jebolnya waduk Situ Gintung, 27 Maret 2009 silam masih membekas hingga kini. Terjangan air bah yang tiba-tiba merampas nyawa dan harta benda warga sekitar. Kini setelah lewat seratus hari dari peristiwa naas tersebut, warga sekitar Situ Gintung secara perlahan namun pasti kembali menata ulang kehidupan mereka yang sempat berantakan . Ketika ditemui tabloidnova.com Selasa (14/7), Syaprudin Nero, Ketua Pusat Pelayanan dan Informasi Pengungsian Lingkungan Situ Gintung, menjelaskan perkembangan penyaluran bantuan yang telah diterima oleh warga yang terkena musibah. Menurut Nero, tinggal tersisa 169 kepala keluarga dari total 360 kepala keluarga sebelum kejadian menimpa. Dalam usaha pemberian dan penyaluran bantuan, dua lembaga, yaitu swasta dan pemerintah turut campur tangan. Lembaga yang diketuai oleh Nero, merupakan lembaga swasta yang menyalurkan bantuan dana dari pihak swasta dan donatur. Sementara pihak pemerintah hingga saat ini telah membangun barak yang telah ditempati oleh beberapa kepala keluarga, di daerah Kertamurti. Meski tidak menjanjikan ganti rugi kepada para korban, pemerintah telah membayarkan biaya kontrak rumah selama setahun ke depan bagi para warga yang mengontrak. Untuk bantuan logistik, menurut Nero sudah berkurang. Namun hal tersebut bukan sebuah masalah besar. "Karena sekarang yang jadi pusat perhatian kita adalah bagaimana caranya agar warga dapat segera kembali ke rumahnya masng-masing, seperti dulu," jelas Nero. Sementara itu untuk masalah pendidikan, semua anak usia sekolah sudah dijamin biaya sekolahnya oleh pemerintah. Begitu juga yang duduk di perguruan tinggi. Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang terletak sangat dekat dengan lokasi Situ Gintung baru saja menerima delapan belas mahasiswa baru yang merupakan warga Situ Gintung. Mereka berhak untuk melanjutkan kuliah gratis, hingga lulus nanti, di UMJ. Sepertinya bantuan berjalan dengan sangat baik. Nero yakin akan hal ini. "Semua sudah mendapat bantuan. Pokoknya untuk urusan logistik, tempat tinggal, dan masalah pendidikan anak-anak, sampai saat ini warga sudah aman," tutur Nero mantap. Trauma Jeni (45), seorang korban jebolnya Situ Gintung, masih tampak berkaca-kaca mengingat peristiwa itu. Ia tak menyangka bahwa daerah yang manjadi tempat suaminya bertumbuh dewasa akan mengalami peristiwa yang demikian naas. Tak pernah terjadi hal yang demikian selama ini. "Di tengah malam itu, sekitar pukul 11.30 sudah terdengar air deras. Dengar derasnya air, suami saya keluar. Begitu melihat kondisi yang tidak biasanya seperti itu, akhirnya dia balik lagi ke rumah membawa anak saya yang bayi (3 bulan) dan yang tujuh tahun," tuturnya. Setelah lewat tiga bulan dari kejadian itu, rasa trauma masih menghantui benaknya. Ibu dua anak ini masih dapat membayangkan dengan jelas bagaimana ngerinya saat itu. "Trauma sudah pasti. Masih terbayang dalam pikiran saya dengan kejadian itu. Saya tidak bisa bercerita kalau mengenai keadaan psikis anak, rumah tangga. Sekarang saya masih bersyukur karena masih berkumpul dengan keluarga." Di balik ketakutan, ia sangat bersyukur karena anggota keluarganya masih lengkap. Banyak dari para korban yang kehilangan sanak famili. Bahkan masih ada yang sampai saat ini masih belum ditemukan. Lepas dari kejadian ini, Jeni mengungkapkan harapannya. Di antaranya adalah soal lokasi pemukiman baru dan proses adaptasi. "Mudah-mudahan (pemukiman nantinya) tidak jauh dari lokasi karena satu anak sekolah tidak terlalu jauh. Selain itu, mayoritas warga di sini masih banyak keluarga di sekeliling. Kalau jauh kan susah beradaptasi. Apalagi kasihan anak kalau harus pindah sekolah (karena jauh). Harus adaptasi lagi." Sosialisasi Tidak JelasRT 04 di Situ Gintung mungkin merupakan kawasan yang paling parah terkena musibah. Lokasinya yang paling rendah bila dibanding dengan daerah lain membuat warga tidak sempat menyelamtkan harta benda, juga nyawa orang-orang yang dikasihi. "Jangankan harta, saya cuma sempat menyelamatkan anak istri, sama apa yang menempel di badan saja," kata Nana Suharna, ketua RT 04 Situ Gintung, yang turut menjadi korban. Sampai saat ini Nana dan warga lain telah menerima bantuan berupa logistik serta materi. "Ya banyak sih enggak ya, tapi syukur lah dapat bantuan," imbuh Nana. Ia juga bersyukur atas kehadiran lembaga-lembaga LSM yang membantu proses pemulihan psikis anak-anaknya. Salah seorang anak nana begitu trauma sehingga tak lagi ingin kembali ke rumahnya dulu. Saat ini yang masih dipertanyakan Nana dan warga yang lain adalah masalah realisasi lokasi tempat tinggal mereka yang baru. Harusnya, menurut Nana, ada sosialisasi dari pemerintah mengenai masalah kapan dan di mana lokasi rumah mereka yang baru akan dibangun. Meski begitu Nana memaklumi. "Mungkin ini juga agak terhambat karena ada Pemilihan Presiden kemarin itu, kan. Tapi mudah-mudahan sehabis ini pemerintah langsung membereskan masalah Situ Gintung," imbuh Nana.Shirley, Grace