Tanpa sepengetahuanku, diam-diam Mas Poeji membuat surat nikah siri palsu dengan Husnah. Tidak hanya itu. Mas Poeji juga memalsukan buku nikah mereka dengan versi bahasa Inggris. Aku tahu itu palsu karena di buku nikah ditulis mereka menikah tahun 1986. Tahun segitu, kan, buku nikah berbahasa Inggris belum ada, tapi baru ada di tahun 2004. Tidak tanggung-tanggung, Mas Poeji juga mengubah semua akta kelahiran keempat anak Husnah menjadi anaknya.
Hingga kemudian, datanglah Hari Sabtu yang nahas itu (22/11/08). Siang itu, aku dan Mas Poeji perang besar. Tanpa tahu apa salahku, ia memukul dan mencekik aku. Dimas yang melihat kejadian itu saat keluar dari kamar mandi, langsung berusaha menghentikan aksi ayahnya. "Istighfar, Papi. Sabar!" kata Dimas.
Teriakan Dimas membuat Mas Poeji makin kalap. Seperti orang kesetanan ia membalikkan badannya dan memukul mulut Dimas, kemudian memegang kerah bajunya, mengangkatnya, dan membantingnya ke lantai. Seakan belum puas, Mas Poeji kemudian mengambil alat fitnes dan menjatuhkannya ke atas tubuh Dimas. Darah pun keluar dengan derasnya dari kepala dan mulut Dimas.