Rezeki Datang Dari Sepotong Bingkai Foto (2)

By nova.id, Jumat, 5 Juni 2009 | 00:51 WIB
Rezeki Datang Dari Sepotong Bingkai Foto 2 (nova.id)

Rezeki Datang Dari Sepotong Bingkai Foto 2 (nova.id)

""

Sistem Waralaba Pelan tapi pasti, nama Ane mulai diperhitungkan. Turis asing pun mulai mengenal karyanya. Memang, ia sempat "diremehkan" para perajin yang lebih senior. "Waktu itu, produk daur ulang merajai pasar Yogya. Tapi saya justru jadi terpacu." Apalagi, kreasi Ane berbeda dari yang sudah ada. Warna-warni produknya membuat terlihat menonjol dibanding barang daur ulang yang serba cokelat. "Mungkin karena pasar sudah jenuh dengan produk daur ulang, jadi banyak yang melirik stan saya di pameran," ujar ibu tiga anak yang memberi nama usahanya Rumah Warna ini.

Bisnis Ane makin melesat. Jumlah karyawan pun terus bertambah. Kreasinya tak hanya bingkai, tapi juga aneka dompet, tas, dan tas laptop, bantal sofa, dan album foto. Semua serba cerah sesuai nama usahanya.

Soal harga, perempuan mungil ini menyesuaikan dengan target pasarnya, yaitu para remaja dan mahasiswi. Rata-rata harganya di bawah Rp 100 ribu. Beberapa ada yang di atas itu, tapi untuk edisi terbatas. Bingkai fotonya yang kondang itu, harganya Rp 5 ribu - Rp 35 ribu. "Kalau mau pesan khusus, juga bisa. Misalnya, bantal sofa dan softcase laptop diberi nama, tulisan, atau gambar sesuai keinginan. Biasanya yang pesan begini untuk dipakai sendiri atau hadiah buat teman atau pacar. Untuk album, bisa memberi foto, lalu kami yang menyusun jadi indah," tutur Ane.

Nilai tambah lain untuk pembeli, Ane yang kini punya 80 pegawai, memberi garansi untuk tas yang dijualnya. "Kalau tali tas atau resletingnya rusak, bisa diganti selama si pembeli masih bisa menunjukkan kartu garansinya. Tapi sementara ini, garansi hanya berlaku untuk pembelian di Yogya," ujar Ane yang menyisihkan Rp 50 dari setiap tas yang terjual untuk amal.

Sistem kerja profesional, amat ditekankan Ane di perusahaannya. Setiap saat memilih dan memberi penghargaan pada pramuniaga yang bisa menjual produknya paling banyak, misalnya. Tak heran, dalam sebulan, ia bisa memproduksi 12 ribu barang dengan omzet Rp 200 juta.

Selain membuka toko dan outlet di beberapa mal di Yogya dan Semarang, pesanan juga terus mengalir antara lain dari berbagai daerah. Sistem waralaba juga ada. "Sudah ada tiga," kata Ane yang berencana membangun pabrik untuk memasok bahan produksi sebagai pendukung sistem waralabanya. "Untuk waralaba, harganya Rp 70 juta, untuk jangka waktu lima tahun. Sudah banyak yang mau, tapi harus saya pelajari lebih dalam dulu. Saya enggak mau mereka hanya menanamkan uang saja, tanpa menyukai bisnis ini."

Hasuna Daylailatu